Yuk, Biasakan Anak Membaca Buku!

Tulisan ini, sejujurnya, terinspirasi dari acara Basa Basi yang ditayangkan TransTV pada hari Selasa, 13 Oktober kemarin. Topik acara hari itu adalah My Book, My Adventure. Kebetulan, tahun ini Indonesia menjadi tamu kehormatan Frankfurt Book Fair 2015. Karena dua-duanya berhubungan dengan buku, ya sudah, saya bercerita tentang kebiasaan membaca pada anak.

Sejak kira-kira dua bulan yang lalu, Kiara punya ritual sebelum tidur selain menyikat gigi: baca buku cerita. Memang tidak benar-benar membaca karena Kiara belum bisa membaca. Tapi dia senang sekali mengambil koleksi buku cerita anak punya saya dan membuka-bukanya. Terlebih karena buku cerita anak mengandung gambar-gambar lucu dan biasanya berwarna, yang pastinya menarik minat anak ini.

Beruntung sejak dulu saya suka membeli buku cerita anak. Memang tidak ada picture book. Buku cerita anak koleksi saya diperuntukkan bagi anak delapan tahunan ke atas. Tidak ada untuk balita. Apalagi batita. Tapi, saya tidak kehilangan cara untuk mengenalkan buku pada anak. Kebetulan saya punya stok cerita buat anak. Ya sudah, saya buat picture book sendiri. Walau pada akhirnya buku itu disobek-sobek Kiara.

Setelah beberapa waktu, akhirnya saya merelakan sebagian buku saya diacak-acak Kiara. Tapi sebelumnya, saya selamatkan dulu buku-buku favorit. Hehehe.

Kiara mengambil beberapa buku cerita anak, lalu saya bacakan ceritanya. Saya bercerita tidak persis dengan cerita dalam buku itu. Karena buku-buku itu bergambar, saya bercerita sesuai gambarnya saja. Dan Kiara selalu tertarik. Tidak bosan-bosannya dia meminta saya bercerita berdasarkan buku pilihannya. Tidak hanya pada malam hari sebelum tidur. Tapi juga kalau mau bobo siang, pas makan, atau saat bermain.

Bukan mentang-mentang saya kerjanya nulis, suami juga penulis, lantas saya memaksa Kiara supaya suka baca buku. Kiara masih tiga tahun. Anak umur segitu seharusnya bermain saja, tidak usah belajar calistung. Tapi kalau Kiara suka buku, kenapa saya harus menahannya? Anak balita atau batita sah-sah saja menyukai atau tertarik pada buku. Asalkan dia tidak dipaksa belajar membaca.

Bagusnya sih, buku untuk usia batita berisi tentang pengenalan warna, benda-benda, bentuk. Orang tua tidak wajib memberikan bacaan beralur cerita. Yang penting adalah kenalkan anak pada buku sejak dini, supaya kelak dia terbiasa dengan buku. Bahkan ada lho mainan berupa buku. Bentuknya seperti buku. Tapi bahannya terbuat dari plastik seperti lego.

Tapi karena tidak ada, saya pun membuat sendiri picture book buat Kiara. Masalahnya ya itu tadi, disobek-sobek Kiara karena terbuat dari kertas biasa. Akhirnya saya biarkan Kiara memilih buku anak sendiri, yang ada alur ceritanya. Tapi buku itu saya ceritakan sesuai gambar saja. Pastinya sih, anak batita tertarik pada gambar, bentuk dan warna. Jadi saya cukup menceritakan gambar saja.

Contoh, “Nih, Barney sama Baby Bop lagi belanja. Barney warnanya ungu, perutnya warna hijau. Kalau Baby Bop warnanya hijau, pakai pita warna pink. Mereka beli apel warna merah dan bentuknya bulat.” Apa yang saya ceritakan melebihi apa yang ditulis di buku. Tapi saya rasa itu bukan masalah. Karena intinya, dengan membacakan cerita, saya bisa memancing Kiara untuk berkomunikasi dan menambah wawasannya. Selain, tentu saja, menarik minat membaca.

Manfaat membaca bagi anak itu banyak lho. Menambah wawasan, sudah pasti. Lalu seperti yang saya ungkapkan di atas yakni memancing anak berkomunikasi. Yang lainnya yaitu melatih daya ingat. Saya cerita aja nih, selama seminggu saya membacakan buku cerita Barney pada Kiara. Bukunya berupa picture book jadi ceritanya pendek. Karena rutin membacakan sebelum tidur, akhirnya Kiara hafal hampir semua kalimat dalam buku tersebut. Jadi kalau Kiara sedang membuka picture book Barney dan dia tampak sedang membaca, tidak berarti Kiara sudah bisa membaca. Tetapi dia memang hafal kalimatnya.

Manfaat lainnya: mengasah imajinasi, mengajarkan moral tanpa menggurui, menambah kosa kata.

Tidak ada kata “rugi” untuk membaca buku. Jadi, mulailah kebiasaan baik ini sekarang. Paling tidak, bacakan anak cerita 15 menit sehari. Bagusnya sih sebelum tidur. Tapi kalau menurut saya, kapan saja boleh.

Nah, kalau teman-teman pengin beli buku cerita anak, carilah picture book. Kalau bisa, bahannya yang tebal dan tidak mudah sobek. Halamannya juga full color. Bukan tanpa alasan buku bergambar untuk anak harus berwarna. Pertama, supaya anak bisa sekalian mengenal warna. Kedua, supaya anak semakin tertarik membaca buku. Ketiga, kertas berwarna putih bisa membuat mata cepat lelah. Jadi kalau ada anak tidak suka baca buku, bisa saja salah satu penyebabnya adalah karena matanya tidak tahan melihat kertas putih. Jadi dia pun tidak tahan membaca buku.

Tapi buku harganya mahal, apalagi picture book…

Saya tahu, saya tahu. Berhubung bukan konglomerat, saya bisa merasakan dan memaklumi masalah ini kok.

Solusinya adalah, pergilah ke perpustakaan. Kita bisa meminjam beberapa buku. Untuk buku anak, biasanya anak-anak yang sudah masuk PAUD bisa meminjam buku setelah sebelumnya membuat kartu anggota. Kalau belum, ya baca buku saja di sana. Cuma, karena di perpus suka ada mainan anak, anak-anak pun cenderung memilih untuk bermain ketimbang membaca buku.

 

Tidak usah khawatir atau merasa rugi sudah membawa anak ke perpustakaan. Perlahan-lahan, kita ajak dia membaca buku. Atau lakukan seperti yang saya lakukan. Saat Kiara asyik main balok susun, saya baca buku. Lama-lama Kiara jadi tertarik membaca buku walau tidak bertahan lama. Ya sudahlah, tidak usah dipaksakan. Toh, memang belum waktunya Kiara membaca kok. Lagipula kalau dipaksakan, nantinya malah Kiara tidak suka membaca.

Kalau males ke perpus, tunggu saja kedatangan perpustakaan keliling. Perpusda Jatim menyediakan fasilitas ini, tapi saya tidak tahu rute-rutenya.

Opsi lain, beli buku obralan. Tidak perlu malu membeli buku obralan. Malah kalau harganya murah, teman-teman bisa beli banyak buku sekaligus kan?

Masih bingung? Males ke perpus, nunggu perpus keliling nggak datang-datang, belanja di book fair males lihat banyak orang? Bikin sendiri saja, saudara-saudara. Saatnya mengembangkan imajinasi dan mencorat-coret kertas. Tidak perlu malu ceritanya jelek, tulisannya tidak rapi, atau gambarnya tidak lucu. Asalkan isinya cocok buat anak-anak, kenapa harus menahan diri untuk berkarya?

Rumah baca atau taman bacaan juga bisa jadi solusi. Sifatnya seperti perpustakaan. Pengunjung bisa membaca di tempat atau meminjam buku ke rumah. Tidak perlu sungkan meminjam buku ke perpustakaan atau taman bacaan. Sekalian untuk belajar disiplin dan etika. Yang namanya meminjam kan pasti harus mengembalikan. Waktu pengembaliannya ini harus tepat waktu. Kalau tidak, bisa kena denda.

Sekarang ini, sekolah-sekolah mewajibkan semua murid untuk membaca buku sebelum masuk kelas. Beberapa di antara mereka mungkin ada yang membaca dengan ogah-ogahan. Sebelum hal ini terjadi pada anak-anak kita, maka mulailah membiasakan anak membaca sedini mungkin. Tidak perlu memaksa. Minimal, kita tumbuhkan minat mereka pada buku.

Percayalah, pada dasarnya anak-anak selalu tertarik pada banyak hal, tidak terkecuali buku. Kalau kita tidak mengenalkannya pada mereka sejak kecil, ketika mereka sedang asyik-asyiknya mengeksplor dunia sekitar, niscaya setelah besar pun mereka akan cuek terhadap buku. Apalagi serbuan gadget semakin merajalela.

Memang, dengan gadget pun anak bisa membaca buku. Aplikasi e-book bisa kok diunduh dengan mudah. Tapi, teman-teman pasti bisa merasakan bedanya membaca melalui buku dan e-book. Lagipula, buku adalah sebuah bukti peradaban manusia, yang lahir lebih dulu ketimbang buku digital. Jadi, jangan sampai anak cucu kita tidak pernah mengenal benda bernama buku.

Mungkin teman-teman punya satu pertanyaan esensial. Dengan membiasakan anak membaca buku sejak kecil, apakah setelah besarnya dia akan suka membaca?

Jawaban saya tidak seratus persen ya karena anak saya baru berumur tiga tahun sehingga saya tidak bisa membuktikan benar atau tidaknya saran tersebut. Tapi, berdasarkan pengalaman, saya sendiri suka membaca karena ketika saya kecil, papap saya berlangganan majalah Bobo buat saya. Lama-lama, saya pun tertarik pada buku. Dan akhirnya suka membaca.

Kalau si anak tetap tidak suka membaca, mungkin teman-teman bisa menerapkan cara Ferry Salim. Dia tidak memaksa anak-anaknya suka baca buku. Tapi ketika salah seorang anaknya lebih tertarik pada dunia fesyen, aktor ganteng ini menyuruh anaknya membaca buku tentang bidang yang diminati anaknya tersebut. Dengan cara itu, mau tidak mau si anak membaca buku.

Tidak ada salahnya mencoba. Tidak ada salahnya pula berusaha. Lagipula, orang tua yang baik pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya.

2 thoughts on “Yuk, Biasakan Anak Membaca Buku!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.