Ketika Rasa dan Aroma Jalan Sendiri-sendiri

Gara-gara kompor nggak bisa nyala, terpaksa saya masak pake rice cooker. Masaknya dengan cara direbus atau dikukus. Nggak bisalah goreng-goreng atau tumis. Mau gimana lagi? Ini juga udah beruntung ada rice cooker multifungsi, hadiah pernikahan dari teman mertua saya.

Suatu hari, saya belanja ikan dan tempe. Ikannya saya kukus, dibikin brengkes alias pepes ala-ala. Kebetulan masih ada sisa daun pisang selembar gede. Tempenya saya bikin pepes juga, gimana lagi?

Buat ikan, saya kasih bumbu super duper simpel aja. Cuma bawang putih, garem, kunyit, ketumbar, dan daun jeruk biar nggak bau amis. Nggak pake kemangi soalnya udah bosen. Selama beberapa hari berturut-turut makan kemangi terus, ngabisin stok daun kemangi dari batangnya yang roboh.

Sementara buat tempe… Tempe itu kalo dikukus, enaknya dibuat botok. Kayak pepes, tapi pake kelapa parut. Bumbunya duo bawang, cabe, kemiri, garem, dan gula dikit. Karena nggak ada rencana bikin botok, tempenya dikukus pake bumbu seadanya yang tersedia di rumah: bawang, cabe ijo, garem, jahe, dan kecap. Ini ngarang aja, sih, karena bingung tempenya kudu diapain. Tempenya dimarinasi dulu, abis itu dibungkus daun pisang.

Karena bahan-bahannya dikit, saya kukus semuanya sekalian. Ya, ikan. Ya, tempenya. Setelah mateng, baunya kecium ke mana-mana. Ueeenaaaak… banget. Menurut paksu, kayak aroma soto. Mungkin itu dari ikannya. Tapi kalo menurut saya, sih, bukan aroma soto. Yang aromanya nusuk idung banget itu tempenya. Kolaborasi bumbunya pas banget sampe bisa bikin aroma tumis tempe kecap pedas.

Jadi nggak sabar, dong, pengin cepet-cepet buka puasa. Padahal masih beberapa jam lagi.

Setelah buka, pas waktunya makan nasi, kami makan pepes ikan dan tempenya. Rasanya biasa aja, dong. Nggak semenggiurkan aromanya waktu baru mateng. Tempenya kerasa banget. Aroma bumbunya nggak tau ke mana. Laaaah… kok, bisa nggak berfusi gitu, sih? Kecele, deh!

Tapi mungkin, aroma dan rasa bisa jalan sendiri-sendiri. Masing-masing punya identitas yang ingin mereka perlihatkan dan mendapat pengakuan. Aroma tempe kukus yang berasal dari bawang, kecap, dan cabe ijo nggak mau ngeganggu rasa orisinal tempe. Sebaliknya, si tempe juga nggak mau kitanya lupa apa yang bikin dia enak.

Kadang kita bisa menjadi bagian dari kelompok tertentu. Kadang kita juga cuma ingin menjadi seorang individu. Karena punya akal dan perasaan, manusia jadi punya kemampuan beradaptasi. Sewaktu-waktu, nunjukkin ego nggak apa-apa. Soalnya dalam keadaan tertentu, kita juga harus mau bekerja sama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.