Ke Solo: Liburan Terakhir (Tahun Ini)

Libur telah tiba. Tapi saya tidak gembira-gembira amat; biasa saja. Soalnya sekarang musim hujan. Mau ke mana-mana, males. Tapi di rumah terus pun bosan. Tidak apa-apalah. Soalnya saya lagi hamil juga. Males pergi-pergi, apalagi pergi jauh. Kadang-kadang sih pengin juga berwisata. Tapi daripada maksain terus nantinya suami malah kerepotan, ya sudahlah di rumah saja.

Untunglah bulan Agustus kemarin kami sempat liburan ke Solo. Jadi kami sempat me-refresh jiwa dan pikiran dulu sebelum menghadapi hari-hari nan membosankan di rumah selama berbulan-bulan ke depan.

Karena tujuan utamanya adalah Museum Manusia Purba, kami pun tidak main-main ke keraton, Museum Danar Hadi, Kafe Markobar, atau shopping di Pasar Klewer. Lokasi hotelnya kurang strategis. Hanya dekat ke terminal Tirtonadi dan Taman Balekambang. Selain itu, kami hanya melewatkan tiga hari dua malam di sana. Waktu yang singkat itu harus kami bagi untuk rekreasi, berenang di hotel, istirahat, bertemu klien, dan perjalanan.

Untuk liburan singkat dan mendadak ini kami tidak punya persiapan banyak. Kiara sudah besar, sudah mahir dibawa bepergian ke mana saja dan naik apa saja. Kami tidak perlu membawa banyak baju dan makanan untuknya. Paling-paling, karena Kiara tidak bisa diam, saya dan suami hanya perlu mempersiapkan tenaga untuk mengatasi hal itu. Selain itu, destinasi kali ini tergolong dekat. Durasi perjalanan kereta api dari Surabaya ke Solo hanya lima jam.

Begini runtutan kegiatan kami. Kami berangkat naik kereta pukul 9.15. Sampai di Solo pukul dua kurang. Tiba di hotel langsung istirahat. Sorenya, Kiara berenang bersama ayahnya. Lepas magrib, kami jalan-jalan di sekitar hotel dan mendapati bahwa terminal Tirtonadi bisa ditempuh dengan jalan kaki 10 menit. Selesai makan nasi liwet, kami kembali ke hotel, mempersiapkan segala sesuatu buat besok.

Besoknya, selesai sarapan, kami ke Taman Balekambang di Jalan Ahmad Yani. Jalan kaki sekitar 10 menit. Yang mengkhawatirkan, Jalan Ahmad Yani di sana tidak memiliki trotoar, sementara kendaraannya melaju cepat. Banyak bus pula. Kondisi ini mengharuskan Kiara digendong demi keamanan.

Di Taman Balekambang ini, kami puas menghirup udara segar. Taman Balekambang mirip Kebun Raya Bogor. Banyak pepohonan besar dan tua yang menaungi taman ini. Wahana permainan juga ada, seperti ATV, perahu dan sepeda air, juga kereta kuda. Sewaktu kami datang, kereta kudanya sedang dicuci. Sementara kalau mau naik sepeda air atau perahu, ada yang sedang memancing di kolam. Kami pun mengurungkan niat untuk menikmati wahana permainan air dan memilih untuk masuk taman reptil.

Ada iguana besar yang sedang nangkring di gazebo. Saya sempat takut iguana itu buas. Tapi kata pengelola taman itu, semua hewan di sana jinak. Termasuk ular. Suami saya tanpa ragu menggendong seekor ular albino yang konon juga pernah digendong Jokowi saat beliau menjabat Walikota Solo. Sementara saya cuma memotret sambil bergidik ngeri kalau tiba-tiba ular itu bertindak buas.

Selain reptil, ada juga unggas dan kelinci. Taman reptil itu sendiri tidak luas. Kiara bahkan sampai ketakutan saat seekor kura-kura keluar dari halaman rumahnya dan berjalan ke arahnya. Sementara mau lari ke sana sini ada banyak binatang. Hahaha. Kalkun dan rusa juga ada. Mereka dibiarkan berkeliaran di luar Taman Balekambang. Tapi mereka jinak kok.

Puas bermain di lahan seluas 5000 hektar ini, kami menuju terminal Tirtonadi. Untuk menuju Museum Sangiran, kami memang harus naik bus jurusan Purwodadi. Perjalanannya tidak sampai satu jam. Di pertigaan Kalijambe kami turun dan meneruskan perjalanan ke museum menggunakan ojek. Pergi dan pulang, dengan batas waktu satu jam.

Di museum yang sudah disahkan UNESCO ini, kami harus bergantian menggendong Kiara yang ketakutan dengan suasana ruang pamer yang agak gelap dan sosok manusia purba. Hm, saya jadi tidak bisa banyak mempelajari hal-hal di sini deh. Tapi tidak apa-apa. Setidaknya saya sudah melihat miniatur sosok manusia purba beserta hewan-hewan yang hidup pada masa lalu dan berbagai perkakas yang digunakan manusia purba untuk kebutuhan makan mereka.

Kami tiba kembali di hotel menjelang sore. Tentu saja kami sudah lelah dan membutuhkan istirahat ketimbang jalan-jalan. Meski begitu, kami menyempatkan menemani Kiara berenang lagi dan jalan-jalan malam guna mencari makan.

Saya pengin banget mencicipi serabi Solo. Tapi di sekitar hotel tidak ada yang menjual panganan tersebut. Malah mungkin karena kami keluar hotel terlalu malam, banyak warung yang sudah tutup. Jadi, tidak sempatlah kami berwisata kuliner Solo selain nasi liwet dan bubur lemu. Di malam kedua kami menginap, kami hanya menyantap soto di sebuah rumah makan dekat hotel. Boro-boro deh jalan-jalan ke alun-alun. Kami pengin istirahat lagi di hotel. Apalagi suami saya harus bertemu kliennya.

Eh, besoknya, kami mendapat surprise. Teman suami saya yang tinggal di Solo memberi kami oleh-oleh berupa serabi Solo. Big WOW! Selain karena saya kepengin banget serabi Solo, juga karena oleh-oleh yang dia berikan banyak banget. Bakalan puas makannya nih! Sayangnya kami tidak sempat bertemu dan hanya mengucapkan terima kasih via Facebook.

Liburan kali ini tergolong mendadak. Tapi kami cukup puas. Terutama karena ii adalah liburan terakhir tahun ini. Tahun depan, tidak tahulah mau ke mana. Lagipun, si kecil pasti sudah lahir dan saya harus menunggunya sampai cukup umur dan kuat fisik untuk dibawa bepergian.

[photos by Brahm & Rie]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.