“Rahasia Ayah Edy Memetakan Potensi Unggul Anak”
Penulis: Ayah Edy
Tebal: 209 halaman
Penerbit: Noura Books
Kerap saya bertanya-tanya, bagaimana Kiara kalau sudah besar nanti? Bakal jadi apa dia? Bagaimana cara mengetahui potensi dan minatnya supaya nanti tidak ada salah paham antara orang tua dan anak mengenai cita-cita si anak?
Jawabannya ada dalam buku ini. Setelah sukses dengan dua buku sebelumnya, penggagas Indonesian Strong from Home ini kembali merilis buku parenting. Kali ini buku yang spesifik membahas cara memetakan potensi unggul anak sedari dini.
Dalam buku ini, Ayah Edy menjelaskan bahwa setiap anak sebetulnya sudah dibekali Tuhan dengan sebuah bibit potensi di dalam dirinya. Bibit itu tidak sama antara anak yang satu dengan yang lain, dan seharusnya dirawat dengan baik supaya kelak tumbuh menjadi pohon atau tanaman yang semestinya.
Celakanya, para orang tua sering tidak merawat bibit itu sesuai porsinya. Bibit pohon pisang dirawat sebagaimana bibit pohon kelapa, hanya karena pohon kelapa terlihat lebih tinggi dan tangguh. Anak mereka pun tumbuh tidak sesuai bibitnya. Yang seharusnya menjadi musisi, malah menjadi akuntan. Yang seharusnya menjadi arsitek, malah menjadi dokter.
Semua itu diperparah dengan sistem pendidikan Indonesia yang masih ortodok. Siswa diharuskan mengejar nilai bagus untuk semua mata pelajaran. Ini membuat para orang tua akhirnya memaksa anaknya untuk les, kursus dan pelatihan-pelatihan yang menguras otak dan tenaga si anak. Potensi dan minat alami anak akhirnya justru terabaikan.
Jika hal ini dibiarkan, menurut Ayah Edy, alih-alih meraih kesuksesan di masa depan, si anak bakalan jenuh dan tidak menjadi apa-apa. Atau kalaupun dia sukses dan bekerja mapan di bidang yang tidak sesuai passion-nya, dia menjadi pekerja tidak bahagia yang setiap pekannya menunggu week-end tiba.
Ayah Edy menawarkan solusi untuk memetakan potensi anak sejak awal. Mungkin sejak SMP, SD, atau bahkan sejak balita, potensi anak sebenarnya sudah tampak. Kita hanya perlu mempertajam kecenderungan tersebut. Melalui pemetaan, diharapkan setiap anak bisa tumbuh sesuai bibit yang mereka miliki, dan kelak mereka bisa menghasilkan buah yang ranum.
Perhatian orang tua sangat diperlukan dalam pemetaan tersebut, dan mereka seyogyanya dapat menerima apapun hasilnya. Jika hasil analisisnya adalah bahwa si anak seharusnya menjadi penari, jangan suruh si anak banting stir jadi pengacara hanya karena menjadi pengacara lebih menjanjikan gelimang harta.
Ayah Edy melengkapi ulasannya dengan kasus-kasus yang konkret supaya pembaca (baca: orang tua) tidak menganggap teori pemetaan ini sebagai solusi yang bisa diganti dengan yang lain. Menurut Ayah Edy, banyak orang tua yang stres karena keinginan si anak tidak sesuai dengan harapan terdalam mereka, sehingga berkonsultasilah mereka pada ayah dua anak ini.
Buku ini penting sekali dibaca para orang tua jika mereka menginginkan anak mereka bahagia dan sukses di masa depan. Para praktisi pendidikan pun perlu membaca buku ini supaya mereka memahami bagaimana cara mendidik anak dengan benar. Jangan selalu mencekoki pelajaran-pelajaran biologi jika si anak lebih menyukai pelajaran menggambar. Jangan menilai bagus anak yang cepat menghapal pelajaran atau teori jika dia tidak bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Buku revolusioner ini perlu juga dibaca pengambil kebijakan pendidikan di Indonesia. Karena faktanya, sejak zaman Orba sampai Jokowi, rasanya tidak ada perubahan signifikan. Semua anak diseragamkan dan harus mendapat nilai yang sama. Padahal, seperti yang Ayah Edy katakan, minat dan bakat yang dimiliki setiap anak adalah hadiah dari Tuhan. Jadi, kenapa kita berani menolaknya dengan alasan hadiah itu tidak menjanjikan di masa depan?
Satu hal lagi yang patut diingat, setiap anak akan tumbuh menjadi seorang individu yang berbeda dengan yang lain, termasuk orang tuanya sendiri. Dan menjadi seorang individu itu tidak mudah. Dia punya tantangannya sendiri dan harus berjuang demi hidupnya. Sebagai orang tua, sosok yang sangat dekat dengan si anak, kita harus memberinya support. Apapun yang dia inginkan. Bukankah itu demi kebahagiaan anak kita juga?