Membaca Buku Apa Saja

Belakangan ini saya lebih banyak menulis untuk orang lain. Karena selera dan kebutuhan orang tidak sama, saya pun harus menghadapi permintaan klien yang beda-beda. Ada yang minta dibuatkan memoar, buku fiksi, atau konten web untuk keperluan bisnisnya.

Seringkali saya bingung dalam menggarap proyek-proyek tersebut. Misalnya saja ada klien yang minta dibuatkan tulisan berbasis bisnis. Saya tidak suka bisnis; tidak pernah saya membaca tulisan-tulisan tentang bisnis baik di koran maupun buku. Jadi ketika harus menggarap proyek tentang bisnis tersebut, matilah saya.

Continue reading

Menyusun Ucapan Lebaran

Membaca ucapan-ucapan lebaran. Saya jadi ingat zaman SMP dulu. Ketika saya dan teman-teman saling bertukar kartu lebaran bergambar lucu. Benar-benar saling bertukar, karena kami memberikannya secara langsung, tanpa melalui pos. Di kartu itu sebetulnya sudah ada kata-kata yang juga lucu. Namun tidak jarang kami menambahkan sedikit basa-basi atau humor yang ditulis menggunakan spidol atau bolpoin warna-warni.

Zaman SMA, masih ada tradisi tuker-tukeran kartu lebaran, tapi tidak banyak. Dan karena beberapa teman berdomisili di lain kota, ada juga yang mengirim via pos. Di zaman ini, kami sudah sedikit dewasa. Malah kartu yang dipilih pun lebih banyak yang bergambar serius. Dalam hal ini misalnya lukisan masjid atau gambar ketupat. Pilihan ucapannya pun bukan lagi semata basa-basi atau guyonan, tapi juga puisi.

Continue reading

Pelajaran Menulis dari Stephen King

“On Writing”

Penulis: Stephen King

Jenis: Otobiografi

Tebal: 416 halaman

Penerbit: Qanita

 

Membaca novel-novel horor dan thriller selalu membuat saya merinding. Karena itu saya selalu menghindari buku-buku Stephen King, John Grisham, meski saya baca juga The Da Vinci Code dan Angels and Demons-nya Dan Brown (soalnya The Da Vinci Code meledak di pasaran dan bikin saya penasaran). Ketika menemukan buku On Writing ini pun saya tidak lantas tergerak untuk membacanya. Sudah pasti, dugaan saya, ini salah satu novel horor karya King.

Ternyata, saya salah duga. Buku ini sama sekali bukan buku fiksi, melainkan sebuah buku tentang pelajaran menulis.

Continue reading

Bertemu Sundea

Akhirnya saya bertemu lagi dengan cewek yang satu ini: Sundea. Sebelumnya, terakhir kami bertemu pertengahan 2010 lalu di launching Rona Kata. Setelah itu, ketemuan sebatas internet. Nah, Senin 14 November kemarin, saya dan Brahm berkunjung ke rumah Dea di sekitaran Setiabudi, Bandung. Kami ngobrol-ngobrol tentang penulisan, pastinya. Wawasan Dea tentang menulis banyak sekali. Maklumlah, dia kan sudah punya banyak pengalaman. Saat saya pertama kenal dia pun, Dea mengajari saya banyak hal tentang menulis.

Continue reading

Brahmanto Anindito

Penghobi traveling, futsal dan catur ini memang tidak pernah bisa jauh dari kegiatan baca-tulis. Sejak SD, Brahm sudah gemar membaca buku-buku seperti Lima Sekawan-nya Enid Blyton, Trio Detektif-nya Alfred Hitchcock, STOP-nya Stefan Wolf, dan seri Pilih Sendiri Petualanganmu. Juga cerita-cerita pendek detektif di majalah KawanKu serta rubrik Terka Perkara di majalah Intisari.

Dari ketertarikan akan bacaan-bacaan itulah Brahm mulai menulis. Akan tetapi, bukan tulisan sendiri yang dia buat, melainkan tulisan-tulisan dari apa yang dia baca tersebut. Ya, Brahm dulunya adalah seorang plagiator. Dia menulis ulang bab di novel yang dia baca, menggabung-gabungkan artikel, atau sekadar menulis rangkuman. Hasil “tulisannya” itu kemudian dipamerkan ke teman-teman atau keluarganya sendiri sebagai karyanya. Continue reading