Melati dan Kematian

Melati berjalan riang di atas trotoar. Hari yang cerah itu dia habiskan bersama bundanya. Besok adalah hari yang tampaknya akan sangat menyenangkan baginya: sekolah. Ya, Melati mau masuk sekolah. Hari itu dia mau membeli tas baru.

Berjalan bersama sang mama membuat Melati tidak takut apa-apa. Kalau ada yang mengganggu, Melati tidak ngumpet di belakang kaki mamanya sambil bilang, “Hiii… takut….” Melainkan menghadapinya tanpa gentar.

Namun ada kalanya sang mama tak bisa jadi pelindung. Seperti saat Kematian mendatangi Melati dan mengajaknyabermain.  Lanjutkan membaca

Rumput buat Papa

Papa suka rumput. Dulu setiap hari papa bermain dengan rumput. Tanpa rumput, papa cuma akan berbaring di kasur. Atau menonton teve sampai matanya berkunang-kunang.

Papa sayang sekali pada rumput dan tidak suka kalau mereka gondrong. Karena itu papa selalu memotong rumput sampai rapi, seperti memotong rambut anaknya yang lelaki.

Sekarang papa tidak lagi bermain dengan rumput. Tidak juga berbaring di kasur atau menonton teve sampai matanya berkunang-kunang. Papa sekarang ada di langit. Saban pagi dan sore papa suka menyiram halaman rumah sampai rumput tumbuh setinggi lutut. Lanjutkan membaca

Hidup

Pagi ini dingin. Saya malas bangun. Lebih enak tidur sampai siang, sampai udara hangat. Tapi ada yang menarik selimut saya. “Bangun,” suruhnya. Saya membuka kelopak mata. Hidup ada di depan mata saya. “Ah, kenapa kamu tidak membiarkan saya tidur sampai siang?”

“Udara pagi baik bagi kesehatan,” dalihnya. “Ayo bangun, dan buatkan aku sarapan.”

Meski masih mengantuk, saya terpaksa bangun, cuci muka dan gosok gigi, kemudian membuat sarapan untuk Hidup.

Selesai sarapan saya mandi, bekerja sampai siang, istirahat sebentar, bekerja lagi sampai sore, istirahat sebentar, bekerja lagi sampai malam. Semua atas permintaan Hidup. “Saya capek,” keluh Saya pada Hidup. “Haruskah saya begini setiap hari? Tidak bolehkah saya bermain-main?”

Lanjutkan membaca

Merawat Buku

Seorang teman meminjam buku koleksi saya. Dia minta pinjam buku terjemahan dari bahasa Prancis. Saya berikan Le Petit Prince.

Ketika buku itu saya sodorkan, teman saya berkomentar, “Ini buku nggak pernah dibaca ya?”

Saya tertawa. Sebaliknya, buku itu berkali-kali saya baca. Buku favorit sih. Tapi kondisi bukunya yang sehat wal afiat dan tidak kurang satu apapun membuat teman saya beranggapan bahwa buku itu tidak pernah saya sentuh.

Saya memang lumayan apik dalam menyimpan sesuatu. Yah, kadang-kadang saya ceroboh juga sih. Tapi percaya deh, sebagian besar barang-barang saya disimpan dengan apik.

Lanjutkan membaca