Juni
Hujan masih menjejak bumi
Tanah basah
Bunga-bunga menganga
Akar terus berdenyut
Janin pohon tetap hidup
Kalender cuma melekat di dinding
Tak mampu mengendalikan musim
Category: poem
-
Juni
-
purnama
perlahan, ia menjauh dari matahari
setelah semalam jadi primadona
berkilau, menantang gelapdi balik rimbun pohon, ia mengintip
jika sudah tampak kening sang surya,
ia harus mengambil sejumput awan
untuk menyeka wajahnya hingga pucat
lalu menyaru dalam birunanti, begitu senja menutup langit
dan sang surya merengkuh cakrawala,
ia akan naik lagi
ke atas pentas gemerlap bintang
berbekal kilau yang gugur bersama angin malamtiga malam, ia merasa lengkap
sampai kalender memanggilnya pulang
hari-hari yang ditakar jam, menit, dan detik
telah disiapkan untuknya
sebelum wajahnya kembali penuh
-
Terang Bulan di Atas Hujan
Ia hendak menolong hujan menelusuri malam
Menyelinap di antara lalu lalang kendaraan
Mericik di antara deru dan klakson
Mengalir di jendela-jendela yang terkatup rapatBulan menjadi saksi hujan
yang kepayahan menemuimu
Yang bahagia melihatmu
meski
wajahmu membeku
di bawah payung yang terkembang
-
Puisi Tak Kasat Mata
Kadang, puisiku tak terdengar
Ia menelan suaranya sendiri dalam ingar
Atau menyaru dalam samarTak perlu kaucari di mana kuletakkan diksi-diksi
Benakku mampu berfungsi sebagai laci
Di dalamnya sarat puisi yang sengaja tak kubagiBanyak bait yang kupeluk diam-diam
Tak semua lara layak dipajang
Dan tak semua tawa pantas diperlihatkanHuruf-hurufku memilih tinggal dalam sunyi
Tetapi mungkin suatu hari nanti,
puisi itu menampakkan diri
di ujung jalan yang tanpa sengaja kau lalui