Anak-anak Menurut Le petit Nicolas

“Le petit Nicolas”

Penulis: Goscinny

Ilustrasi: Sempe

Jenis: Cerita anak

 

Saya pernah bertanya pada teman saya yang pada 2009 lalu masih kuliah di Prancis, apa buku anak yang sedang populer di sana. Kata teman saya, orang-orang Prancis tengah menggemari cerita Le petit Nicolas. Bahkan cerita karangan Goscinny itu sampai dibuat filmnya. Sayang, sampai sekarang film tersebut tidak sampai ke Indonesia. Saya pun cuma bisa baca cerita anak itu melalui bukunya.

Nicolas sebetulnya sama saja dengan bocah kelas satu SD lainnya. Lucu, suka main, nakal dan kalau berbicara sangat khas anak-anak. Kalimatnya panjang dan pemikirannya lugu dan cerdas.

Ada lima seri buku Le petit Nicolas. Namun yang saya baca hanya dua, Le petit Nicolas dan Le petit Nicolas et les copains. Buku pertama menceritakan keseharian Nicolas di rumah dan di sekolah. Ada sesi foto bersama teman-teman satu kelas yang heboh karena Nicolas dan kawan-kawannya susah diatur sampai bu guru dan pak fotografernya pusing oleh tingkah mereka, ada acara main koboi-koboian yang jadi kacau karena semua anak berebut jadi koboi hingga melibatkan ayah Nicolas sebagai tawanan. Lucunya, setelah ayah Nicolas jadi tawanan itu, Nicolas dkk berhenti bermain.

Adegan perkelahian juga tidak luput diceritakan. Tapi, di dunia Nicolas, perkelahian hanyalah bagian dari bermain. Sebab setelah berkelahi pun mereka kembali baikan.

Nicolas memang nakal, tapi sebenarnya ia anak yang baik. Ketika mamanya berulangtahun dia memberinya buket bunga. Meskipun, karena satu dan lain hal (yah, apalagi kalau bukan karena dikerjai teman-temannya), bunganya itu rusak. Dari satu buket menjadi dua kuntum saja.

Dan masih banyak lagi tingkah laku Nicolas yang bikin gemas, tertawa, atau mengharukan. Padahal kalau saya jadi orang tua Nicolas, mungkin tiap hari saya bakal ngomel terus melihat kelakuan anaknya. Tetapi di mata Nicolas sendiri orang dewasa itu aneh. Ketika Nicolas dkk berkelahi dan itu dianggap salah satu kegiatan bermain, oleh orang dewasa malah dianggap serius.

Sedangkan buku satunya lagi, Le petit Nicolas et les copains, bercerita tentang keseharian Nicolas bersama teman-temannya. Ada Alceste yang gembul, Agnan si kutu buku yang menyebalkan karena tidak pernah mau diajak bermain, Geoffroy si anak orang kaya, Clotaire si pelamin, dan Eudes si kekar tukang berkelahi.

Satu hal yang saya pelajari dari si kecil Nicolas ini adalah, bahwa menjadi dewasa kerap menjauhkan kita dari kehidupan anak-anak. Ada jarak yang jauh dan dinding yang tebal antara dewasa dan anak-anak. Kita seringkali lupa bagaimana sejatinya anak-anak. Anak yang cerewet kita suruh diam, anak yang sukanya main saja dimarahi dan disuruh belajar.

Dan tanpa disadari, orang dewasa pun kerap berperilaku seperti anak-anak. Dalam Le petit Nicolas, misalnya, ada tokoh bernama Monsieur Blédurt, yang merupakan tetangga Nicolas. Ia suka menggoda ayah Nicolas, sementara ayah Nicolas tidak menyukai Monsieur Blédurt ini. Maka, mereka pun bertengkar seperti anak-anak.

Melalui Le petit Nicolas ini saya rasa kita bisa memahami ulang dunia anak-anak. Mereka memang tampak brutal, suka berantem atau membuat rumah berantakan. Tapi mereka bersenang-senang dan seperti itulah dunia mereka.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.