Membesarkan Kiara di Antara Mitos dan Fakta

Beberapa waktu lalu, ada sebuah komentar yang masuk ke blog ini. Ada seorang ibu yang memberikan MPASI untuk anaknya sewaktu umur lima bulanan. Setelah diberi MPASI, timbul masalah: anaknya panas, dan setiap kali diberi makan selalu muntah. Ibu itu sendiri memberikan MPASI dini karena saran orang tuanya. Melihat si kecil tampak kelaparan dan sudah pengin makanan, asumsi pun muncul, bahwa anak tersebut sudah waktunya diberi makan.

Berhubung bukan ahli gizi atau kesehatan anak, saya hanya menyarankan ibu tersebut untuk konsultasi ke dsa. Saya juga tidak menyalahkan ibu itu yang sudah memberikan MPASI lebih awal dari waktu yang seharusnya. Walau saya prihatin juga dengan kondisi anaknya dan ikut khawatir anaknya kenapa-kenapa.

Saya hanya kepikiran, dan mengalami sendiri, membesarkan anak jika dikelilingi beberapa orang yang sudah berpengalaman membesarkan anak seperti orang tua, asisten atau tetangga, bukanlah hal yang mudah. Yah, mudah sih, karena banyak yang membantu. Namun dalam beberapa hal, pengalaman, pemikiran, dan pemahaman mereka acapkali bertolak belakang dengan teori parenting yang akan kita terapkan. Mereka pastinya merasa bahwa mereka benar dan lebih tahu dari kita selaku ibu baru. Padahal, kita pun tidak blank-blank amat soal mengurus bayi. Banyak informasi yang bisa kita dapatkan dari tenaga medis, buku, atau internet. Itu semua lebih terpercaya ketimbang mitos atau teori “katanya” yang tidak jelas kata siapa.

Misalnya saja soal ASI eksklusif. Kita semua tahu, setiap bayi yang dilahirkan hendaknya diberi ASI eksklusif selama enam bulan. Selama pemberian ASI eksklusif ini, bayi tidak boleh diberi asupan lain, termasuk air putih. Tapi, masih ada yang belum tahu atau mengerti masalah ini. Bayi yang sudah berumur empat bulan diberi MPASI. Ada juga yang memberikan madu. Sementara MPASI baru bisa diberikan setelah bayi menginjak enam bulan, dan madu boleh diberikan setelah anak satu tahun.

Saya pernah cerita, waktu baru-baru lahir, Kiara kurus sekali sampai eyangnya khawatir. Tetapi dokter sendiri tidak menganjurkan pemberian sufor atau vitamin supaya Kiara jadi cepat gemuk. “Ibunya aja aja yang harus makan banyak,” begitu saran dokter. Ya sudah, saya makan yang banyak biar ASI-nya juga banyak. Hasilnya, ASI saya tidak melimpah, tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh Kiara, sehingga Kiara pun tidak kurus lagi.

Jadi kalau bayinya kurus, jangan bergegas memberikan sufor. Susui saja lebih sering. ASI bisa menambah berat badan bayi kok. Nggak usah iri dengan anak teman, tetangga atau saudara yang BB-nya lebih tinggi. Belajarlah menerima anak apa adanya. Yang penting kita tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk anak kita.

Atau soal MPASI. Zaman dulu, orang tua memberi makan bayinya sejak umur empat bulan. Bahkan saya pernah dengar: satu bulan. Apapun alasannya, kalau ada yang menganjurkan pemberian MPASI di bawah enam bulan, jangan diikuti.Pokoknya MPASI harus diberikan di atas enam bulan. Jangan lupa juga mematuhi beberapa aturan pemberian MPASI lainnya, misalnya tidak membubuhkan gula dan garam, serta memberikan satu jenis makanan selama tiga sampai empat hari untuk melihat reaksi tubuh bayi terhadap makanan yang kita berikan.

Saya pernah disuruh ngasih Kiara makan, padahal umurnya baru empat bulan. Gara-garanya Kiara rewel terus meski sudah disusui beberapa kali. Kalau bukan karena ASI saya kurang banyak, problemnya adalah karena si kecil tidak cukup diberi ASI, alias harus diberi makanan padat. Sambil mangkel, saya berusaha bertahan untuk tidak mengikuti anjuran “nakal” tersebut.

Lalu ketika Kiara akhirnya diberi makan, hadir lagi pertanyaan, “Kok langsung dikasih buah (selain pisang)?”, “Kok nggak pake garam? Hambar dong?”, etc. Telinga saya sakit rasanya mendengar pertanyaan serupa itu.

Di luar ASI dan MPASI, ada lagi. Ketika Kiara masih dua bulanan; ketika dia cegukan dan seseorang menyuruh saya menggunting benang popok dan membasahinya dengan air liur saya, lantas menempelkannya di kening Kiara. Saya tidak mengerti apa hubungannya

Rasanya banyak sekali hal-hal yang membuat saya greget ingin berteriak, bahwa apa pun yang saya lakukan, sebelumnya saya mencari informasi sebanyak-banyaknya. TIdak asal memperlakukan anak.

Mengurus anak itu, gampang-gampang susah sekaligus susah-susah gampang. Saran saya sih, sejak hamil teman-teman cari informasi sebanyak-banyaknya soal merawat bayi. Supaya setelah melahirkan nanti teman-teman tidak bingung menentukan mana teori yang tepat dan mana yang tidak; mana yang mitos dan mana yang fakta. Soalnya cuma ibu yang tahu mana yang terbaik buat bayinya.

One thought on “Membesarkan Kiara di Antara Mitos dan Fakta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.