Di Cicalengka, kegiatan literasi adalah hal yang istimewa sekaligus tidak istimewa. Kegiatan membaca dan menulis merupakan sebatas tugas sekolah. Bukan sebuah hobi apalagi pekerjaan profesional. Tidak heran jika di Cicalengka tidak ada taman bacaan. Ada perpustakaan desa, tapi sepi pengunjung. Ada persewaan buku, tapi yang banyak digemari adalah komik. Penjual koran juga ada, tapi hanya segelintir orang yang benar-benar membaca berita dan artikel-artikel berbobot di dalamnya.
Dan Kiara Pun Belajar “Terbang”
Dua minggu yang lalu, kami bertiga mudik ke Bandung. Sengaja dipilih waktunya sebelum lebaran daripada kami harus mudik berjamaah perantauan lain.
Walaupun momentumnya kurang pas untuk mudik, namun acara mudik kami tahun ini lebih berkesan dari tahun-tahun sebelumnya. Yah, setiap acara mudik pasti ada cerita serunya sih. Dan saya rasa, mudik tahun ini memiliki kesan yang berbeda. Continue reading
Murah Meriahnya Pasar Tradisional
Beberapa waktu yang lalu, selama seminggu tukang sayur yang setiap hari keliling kompleks absen jualan. Bingunglah saya. Bagaimana saya bisa belanja? Ada pasar tradisional dekat rumah. Tapi saya males juga kalau harus belanja ke sana. Apalagi kalau pagi-pagi sudah mendung, terus hujan.
Cerita dari Blora
Ini bukan review Cerita dari Blora-nya Pramoedya Ananta Toer, melainkan cerita tentang liburan kami bertiga di Blora akhir bulan kemarin. Ketika suami saya merencanakan liburan ini, awalnya saya bingung, memang di Blora ada apa selain sate dan soto? Bahkan setelah saya amati, Blora lebih sepi dari Cicalengka.
Punggung
Saat kamu berjalan di padang ilalang
sambil menggenggam tali sebuah balon
yang bergerak-gerak mengikuti arah angin,
bukan lagi gadis keras kepala yang kulihat.
Melainkan sesosok makhluk ringkih
yang mudah menggigil kala angin berhembus.