Seringkali, puisiku seperti awan di atas kebunmu
Melayang, tak dapat kau raba
Berlalu, tak dikejar
Lenyap, tak dicari
Tapi dalam kefanaannya,
Awan adalah kanopi
Meneduhi kebunmu
Apalagi kalau ia sampai menurunkan hujan
Kamboja, melati, kemangi, pucuk merah
Mereka semua bersorak saat hujan membasuh mereka dari debu
Tidakkah kamu jatuh cinta pada puisiku?
Yang kata-katanya mengisi sungai dan telaga
Mengobati tanah yang terluka sebab kemarau
Menjadi lagu Nina Bobo saat tak ada sapuan tangan halus yang membelai rambutmu
Selagi kau membaca puisiku satu per satu
Aku kembali menjelajahi kebunmu
Dari sanalah aku mengisi lembar-lembar buku harianku
Bercerita tentang rumput yang kaubiarkan menjadi semak
Pagar berbunga yang kaulewati begitu saja saat kaupergi dan pulang
Belalang yang menggerogoti daun-daun mangga
Atau ulat tanah yang nyaman berbaring di bawah serasah
Semoga setelah membaca puisiku, kau menyadari
Rumput tetangga tak pernah lebih hijau dari rumput di kebunmu