Hujan Hambar

Hujan pulang
Tak bawa buah tangan
Kopinya habis di perjalanan
Donatnya ia lahap sampai kenyang

Hujan berbaring di kebunku
Terlelap tanpa peduli aku rindu
Dalam tidurnya ia mengigau,
“Aku lelah melewati kemarau.”

Hujan kali ini terasa hambar
Sejuknya cepat memudar
Aku kembali masuk rumah
dan membuat es buah

Gunung

Aku mengagumi gunung
Yang menjulang agung
Memberi jalan mendaki bagi hutan dan sawah
Untuk menuju langit

Dalam kesendiriannya ia menyimpan bara yang bergejolak
Kadang berasap dan menggetarkan bumi
Apa yang menjadi pergulatannya adalah sebuah misteri

Sampai suatu ketika ia tak lagi mampu meredam amarahnya
Menyemburkan gas sampai bermil-mil jaraknya
Dan cairan merah mengalir tak terbendung

Apa yang bisa aku katakan?
Ia hanyalah bagian dari semesta
Yang tak dapat kutenggelamkan ke dalam laut
Membuatnya menjadi tenang dan mendinginkan lahar yang ia muntahkan

Gunung seperti halnya awan yang mengumpulkan tanda tanya
Dan aku mengaguminya seperti halnya aku mengagumi matahari yang terbit dan terbenam

Keajaiban di Kebun

Nanem-nanem pas musim kemarau gini kayak pekerjaan sia-sia. Biar semua taneman disiram dua kali sehari, tetep aja panas matahari bikin tanah cepet kering. Apa yang bisa diserap akar, coba? Kalopun ada air yang dia serap, sebentar kemudian udah menguap.

Tapi liat banyak taneman yang mati, kebun jadi tambah gersang. Udah mah nggak ada taneman peneduh, daun-daun ijo juga pada gagal tumbuh. Yang bener-bener bertahan cuma melati. Nggak tau dapet nutrisi dari mana, tuh, sampe bisa tumbuh ngelampauin kanopi. Udah gitu banyak dahan yang ngejulur-julur nggak karuan.

Sayangnya, melati ini nggak bisa dijadiin sayur. Paling bunganya bisa dijadiin teh. Jadi, mau tumbuh segondrong apapun dia nggak bisa kami manfaatin buat ketahanan pangan. Continue reading

What If?

What if the rose you care for
hurts you with its thorns?
Will you still care for her,
or will you turn your face
to another flower?

What if the rain you wait for
falls in another place?
Will you still wait,
or will you go inside your room
and paint the sky of grey?

I fell in love with the morning sun.
Creeping up the hill and
softly touching my skin
But he can’t stay warm forever.
The more he shows himself,
the more I get heat and burnt.

What if your paper boat
that floats in the river
is stopped by a big black stone?
Will you let it be damaged
and make another one,
then send it down to another river?

And what if the leaves
you collect every morning
choose to scatter across your yard?
Will you gather them again,
or let them cover your garden?

The Rose

I wonder,
does the rose know that
so many people love it?
Even the thorns that grow from its stem
don’t discourage anyone from picking it,
just to express their love.

I, too, once fell in love
and wanted to ask a rose for help.
Just to convince someone that
I’m not playing around.
I’m romantic.

But then I felt foolish.
How could I love someone if
I didn’t love the rose?

The rose grows because
its roots love the universe
that raised it.

Next time,
when I fell in love again,
I chose to remain silent.
I no longer wanted to express my love.

I felt more at peace,
watching the rose grow and bloom,
radiating its beauty and fragrance.
It knows better how to love.

And I think that’s why we all love it.

Without ever saying a word.