Aku berharap dandelion tak pernah melupakanku. Aku yang menunggu mereka berbunga dan berubah warna jadi kuning, menahan mereka supaya bergeming saat diajak angin untuk mengembara di udara.
Tapi perpisahan itu datang juga. Waktuku bersama mereka telah usai. Dan angin melepaskan benih mereka satu per satu dari tunasnya. Mereka terbang berbaris, meliuk-liuk laksana rangkaian kereta api menelusuri sawah dan ladang.
Tak ada yang dapat membawa mereka kembali ke padang ini. Bahkan seekor semut yang ikut bersama mereka, memeluk benihnya seperti terbang mengenakan payung, memilih untuk terjun.
Aku berharap dandelion tak pernah melupakanku. Telah kusertakan kebahagiaanku dalam jiwa mereka. Kebahagiaan yang muncul saat kami duduk bersama, merasakan gerimis di antara dingin yang tak dapat dielak, merasakan hangatnya matahari di antara terik yang menyengat.
Aku berharap ini bukan perpisahan. Kami hanya menempuh perjalanan yang berbeda. Dan ingatan akan membawa kami pada pertemuan yang baru.