When I’m Sad

When I’m sad,
I ask myself,
Am I really sad?
Or is it just my mind that drives me into sadness?
Because the sky still stands when the sun leaves it
Night is only a color of darkness that without it
The moon won’t be seen

So, when I’m sad,
I go to my garden
Looking for small things to observe
There are many wonderful living things I’ve never known before
Or,
I have seen
But,
I forgot how they live through many years full of emotions
And how they keep existing though they grow into new generations

The old things may have passed away
But they come again into a new thing

So, what do I mean by sadness?
Am I really sad?
Or,
Is it just my mind that drives me away from happiness?

Senja

Bukannya tak bisa bicara
Tetapi ia memilih menyimpan kata-kata
Ketika tahu ia tak bisa memiliki jingga selamanya

Dan ia memutuskan untuk menahan rindu
Bukan tak ingin mengentas sendu
Tetapi agar ada alasan untuk kembali menemui rona itu

Bintang Jatuh Tak Mengenal Luka

Sampaikan pada hujan yang memadamkan api
Bintang jatuh tak mengenal luka
Dan katakan pada matahari yang mengakhiri gelap
Bahkan saat musim panas sekalipun, malam tetap ada

Angin tak pernah menggugurkan daun
Daunlah yang memilih lepas dari tangkainya
Sungai tak mesti berhenti mengalir terjegal batang kayu
Arus mendorongnya untuk terus mencapai laut

Dan aku tak akan berhenti mendayung perahu
Bahkan jika sungai ini mengering,
masih akan kaudengar langkah kaki
Berderap di bawah arakan awan yang menutupi langit sesaat

Kedalaman Malam

Semalam, bintang jatuh membawaku pada kedalaman malam
Melewati setiap lapis kegelapan
Semakin mendekat ke dasar, semakin aku melesak
Seperti sebelumnya tak pernah aku tidur nyenyak

Gerhana mengambil semua terang yang kupunya
Hayatku hampa, tapi ragaku masih ada
Kuhirup kekosongan, benar-benar hanya udara yang mengisi paru-paruku
Bahkan tak ada sedikit pun suara yang merasuk telingaku

Dalam kejatuhan, aku melayang
Ringan laksana awan tanpa hujan

Dan aku terbangun bersama matahari yang merekah
Seperti bayi baru lahir yang masih bersimbah darah
Tanganmu adalah belaian pertama yang menjulur tenang
Pagi ini begitu baru, begitu haru, begitu terang

Ilalang

Di balik amukku pada ilalang,
Yang membuat tanganku hendak mencabut akarnya,
Terbersit pertanyaan,
Siapa yang sesungguhnya mengusik?
Aku tak pernah menginjak tanah kelahirannya
Dan ia tak pernah berjalan menghampiriku

Adalah belalang yang mencabik-cabik daunnya
Yang lantas melompat ke tangan dan kepalaku
Dan ularlah yang menumpang lewat dengan sisiknya
Yang desisnya menjadi isyarat bahaya

Ingatkan aku,
Bukankah hijau itu menenangkan mata?
Dan tatkala ilalang mengikuti lintas angin,
Tanyakan aku,
Tidakkah aku juga ingin ikut menari?

Kali lain jika aku hendak mencabut ilalang,
Katakan,
Bahwa aku adalah seorang manusia
Yang kerap termakan rasa takut