Belajar dari Puisi

Melalui puisi, aku belajar menundukkan kepala
membiarkan suaraku ditelan kertas
dan menempuh jalan menuju semesta yang jauh
di mana diksi-diksi bersemayam bersama imaji

Melalui puisi, aku ingin menjadi abadi
menyamarkan sejati dalam bait-bait kiasan
seperti sesendok kecil gula yang bersembunyi dalam secangkir kopi
yang menyentuh lidahmu dengan santun

Melalui puisi, aku belajar melepas gulana
menjadikan hampa sebagai satu-satunya harta
seperti randa tapak yang merelakan biji-bijinya kepada angin
untuk dibawa terbang dan tumbuh di padang rumput lain

Berbisik pada Dahlia

Biarkan aku berbisik pada dahlia
Menyembunyikan rahasiaku pada lapisan-lapisan mahkotanya
Mumpung angin tak bertiup dan kumbang-kumbang belum datang

Hanya ada aku dan dahlia di kebun ini
Menari-nari menanggapi kata-kataku
Membuat hatiku turut berbunga dahlia
dan akan menjadi dahlia meski kau mengatakan aku adalah lili

Inginku

Inginku adalah menjadi telaga yang menampung hujan, menjadikannya kaca, cermin bagi matahari, pelangi, bulan dan bintang. Tapi jika aku harus menjadi sungai yang mengalirkan hujan ke samudra, tak apa. Paling tidak, sekali dalam hidupku, aku pernah merasakan rintik hujan yang mericik dalam arusku.