Pagi tadi waktu ke pasar, liat pemandangan biasa jadi nggak biasa. Liat kang ojol lewat atau lagi mangkal, bawaannya sedih. Bukan cuma soal idup bisa singkat atau maut bisa datang cepat.
Ini soal arogansi. Aparat itu punya apa, sih, kalo nggak dikasih fasilitas? Buat ngebubarin massa aja harus pake kendaraan dan senjata. Sekalinya pake tangan, tangannya juga dikasih kekerasan dulu.
Dulu aku ngeremehin driver ojol. Waktu mereka nggak paham tujuan, jengkel batin. Kalo datang terlambat, pegal hati. Tapi begitu mereka datang ngejemput dan selama perjalanan dia nanggepin pertanyaan dengan santun, aku jadi nggak enak sendiri udah ngeduga yang nggak-nggak.
Pernah waktu paksu nggak bisa nganter anak ke sekolah, kita manggil ojol dan nitipin anak kita sambil was-was. Takut dibawa kabur, takut diapa-apain.
Itu wajar, karena kita nggak saling kenal. Dan kewajaran itu rasanya cukup sampe situ aja. Apalagi setelah anak kami sampe sekolah dan bayar ojolnya pake uang tunai yang nominalnya kita lebihin dikit, kang ojolnya nolak. Mungkin karena anak kami masih SD.
Sepengengalaman kami pake jasa ojol, baik buat antar jemput maupun belanja onlen, nggak pernah ada kasus apa-apa. Kami berusaha sabar ketika mereka datang telat. Nggak semua hal bisa berjalan lancar dan sesuai keinginan. Ada aja kendalanya.
Dan walaupun berperan sebagai pelanggan, kami nggak pernah menganggap mereka orang rendahan. Apalah kami ini? Cuma orang-orang yang berusaha bertahan hidup dan waras. Kami sama-sama berusaha menafkahi keluarga. Sama-sama kena imbas buruk tiap pemerintah membuat kebijakan ini-itu.
Aku dan paksu nggak pernah ikut demo-demoan bahkan sejak kami masih mahasiswa. Tapi ngeliat orang-orang berdemo nentang hal-hal yang nggak sesuai hati nurani, liat orang-orang turun ke jalan tanpa bekal senjata apa-apa selain keberanian dan kebenaran, kami bisa tercengang. Apa yang bisa jadi tameng mereka tiap kali berhadapan dengan aparat? Sementara polisi-polisi ngadepin mereka berbekal perisai dan pemukul, gas air mata, senjata apalah, kendaraan apa gitu, bahkan kepalan tangan berisi emosi nggak jelas.
Pemerintah suka ngamuk kalo dikritik. Sementara rakyat udah nggak tahan memendam amarah gara-gara ulah mereka. Suara yang dibungkam lalu terdengar sama mahasiswa dan buruh. Mereka menghimpun kekuatan buat mendatangi wakil rakyat.
Ya. Kekuatan rakyat dulunya cuma itu: mahasiswa dan buruh. Sekarang ditambah sama driver ojol. Mereka yang biasanya mondar-mandir nganter anak-anak ke sekolah, bapak-bapak ke kantor, nganter makanan atau pesanan lain, kali ini ikut bergerak.
Berapa, sih, perbandingan jumlah aparat sama rakyat? Masih lebih banyak jumlah rakyat, kan? Tapi segitu aja pemerintah dan aparat takut setengah mampus. Mereka nyari cara buat nyingkirin massa.
Pemerintah nggak mau tangan mereka kotor. Disuruhlah aparat buat ngatasin pendemo. Aparat yang seiprit itu sebenernya takut ngadepin orang-orang yang segitu banyak. Makanya mereka berlindung di balik mobil baja itu dan terus maju tanpa peduli siapa di depan mereka. Yang penting “perintah sudah dilaksanakan”.
Aku sebenernya nggak bisa ngomong apa-apa. Berang dari ketika liat video pelindasan itu. Daging dan tulang yang remuk bikin siapapun yang ngeliat ambruk. Dan luka yang ditinggalkan begitu menyakitkan semua orang.
Aku sedih bukan kepalang waktu liat akang-akang ojol di jalan buat kerja tapi nggak dihargai sama pemerintah. Nyesek banget karena kami juga berjuang mati-matian buat bertahan hidup di tengah-tengah ketidakadilan di negara ini.
Tapi amarah dan kesedihan yang dipendam harus dikeluarkan. Bukan sekadar buat healing kayak aku nulis puisi atau diary, tapi juga buat perlawanan. Aku nggak punya senjata apa-apa selain jari-jariku yang mengetikkan semua unek-unek yang bikin aku lewah pikir seharian ini sampe nggak mood ngapa-ngapain. Air PDAM yang mampet di rumah aja kuanggap sebagai pengalihan isu. Bikin stres, tapi nggak se-overthinking soal kejadian kemarin malem.
RIP buat Affan. Semoga lekas pulih buat mereka yang terluka karena udah berjuang menegakkan keadilan selama beberapa hari ini. Sehat-sehat buat semua orang yang masih akan terus memperjuangkan keadilan. Apa yang udah kita perjuangan dicatat sama Tuhan. Tinggal lihat nanti jadinya kayak gimana.
Leave a Reply