Pagi ini, di kebun
Rumput-rumput tergesa-gesa mengeringkan dirinya setelah titik-titik air bermalam di permukaannya
Burung-burung melesat ke angkasa, membelah awan putih yang tebal biar sinar matahari segera sampai ke bumi
Angin mengusir petrikor agar tak membocorkan rahasia semalam
Bahwa hujan turun diam-diam
Mengintip senja yang sedang lelap
Ia tampak cantik tanpa cela
Ingin sekali hujan mengecup keningnya
Tapi takut membuat senja terjaga
Maka hujan meniupkan napasnya pelan-pelan
Udara kian sejuk
Senja makin nikmat meringkuk
Cecak-cecak merayap di dinding
Saling berdecak
Seekor kecoa berlari panik
Sadar dirinya akan jadi buruan
Hujan cemas
Keributan sekecil apapun bisa mengusik senja dari tidurnya
Ia pun tak lama-lama bertandang
Takut senja keburu membuka mata
“Mau ke mana, Hujan?”
Rumput bertanya
“Aku harus pergi
Jangan katakan pada senja bahwa aku datang,” hujan menjawab
“Kenapa?”
Rumput bertanya lagi
Hujan tak menjawab
Ia buru-buru kembali ke langit
Naik permadani kelabu dan meluncur jauh sampai tak terlihat lagi
Rumput mengatakan pada angin
Angin mengatakan pada burung
apa yang dikatakan hujan pada rumput
Dan senja bangun
Hidungnya seakan menangkap bau hujan
Tapi kebun kering
Tak ada sisa-sisa air terselip di bunga-bunga
Daun-daun mematung
Angin bersembunyi di balik gedung
Burung-burung bersenandung
“Apa aku bermimpi?”
Senja bertanya pada dirinya sendiri
Nun jauh di langit,
dalam perjalanan menuju matahari,
hujan berdoa, “Semoga hari ini cuacanya cerah.”