Malam-malam biasanya bulan bernyanyi di jalanan
Bersama lampu-lampu jalan yang menggantung di tiang-tiang
Suaranya lembut, bikin hujan mengantuk dan pulang ke awan
Bulan juga kerap bertandang ke kebun
Jalannya berjingkat-jingkat, jarinya membelai daun-daun
Cahayanya mengejutkan tikus-tikus yang hendak mencuri
butir-butir tomat dan lembar-lembar sawi
Kadang, bulan tak purnama
Sewaktu-waktu, sabitlah yang ia jelma
Pucuknya seperti menusuk angkasa
Ah, apapun bentuknya, bulan selalu mempesona
Lalu, entah ini sudah malam ke berapa, bulan menghilang
Aku cemas bukan kepalang
Jangan-jangan, bulan diculik kunang-kunang atau bintang-bintang
yang iri karena bulan begitu cemerlang
Lampu-lampu jalan berdendang tanpa daya
Di kebun, tikus-tikus berpesta pora
Menyisakan biji-biji tomat dan serpihan-serpihan sawi
Hujan lalu hadir tanpa permisi
Di ufuk barat, timur, selatan, maupun utara
Bulan tak ada di mana-mana
Aku duduk di balik jendela, berharap bulan mengetuk kaca dan menyapa
Kutunggu-tunggu sejak senja sampai fajar tiba
Namun malam berlalu dalam hampa
Bertanyalah aku pada matahari
Barangkali ia tahu di mana bulan bersembunyi
Jawabnya, “bulan sedang kena sanksi,
gara-gara tak tahu berterima kasih.”
Aku tak tahu harus berkata apa
Setahuku, bulan tahu etika
Ternyata, ia juga bisa lupa
Bahwa karena matahari ia bisa bercahaya
2004-2023