purnama

perlahan, ia menjauh dari matahari
setelah semalam jadi primadona
berkilau, menantang gelap

di balik rimbun pohon, ia mengintip
jika sudah tampak kening sang surya,
ia harus mengambil sejumput awan
untuk menyeka wajahnya hingga pucat
lalu menyaru dalam biru

nanti, begitu senja menutup langit
dan sang surya merengkuh cakrawala,
ia akan naik lagi
ke atas pentas gemerlap bintang
berbekal kilau yang gugur bersama angin malam

tiga malam, ia merasa lengkap
sampai kalender memanggilnya pulang
hari-hari yang ditakar jam, menit, dan detik
telah disiapkan untuknya
sebelum wajahnya kembali penuh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.