Tentang ulat-ulat yang menitipkan takdirnya
dan belalang yang melukai daun-daun,
hujan dan panas yang bergantian datang
membawa kabar yang berlainan,
rimpang yang tak henti-hentinya memanjatkan doa
di dalam tanah,
ataupun rumput yang menampik menunduk,
tanganku hanya bisa menelungkup ragu
dan menengadah dengan cemas,
dengan jemari yang kadang memetik dengan sendu
atau menggali dengan penuh harap.
Tetapi sebelum malam jadi senyap,
batinku mengucap nikmat.
Semua luka adalah ajar,
gagal adalah jeda,
dan lelah hanyalah ujian.
Dan kepada-Mu,
yang menitipkan perkara-perkara kecil itu,
meski tak ada mawar yang dapat kukembalikan
bersama embun pagi,
hanya sajak ini yang mampu kupersembahkan.