Hujan pamit.
Ia akan hibernasi.
Sudah ia titipkan rintik
pada akar
dan sejuk pada angin.
“Tak perlu risau akan kemarau,” pesannya.
“Gersang hanyalah jeda.
Nanti pun basah akan kembali kubawa.
Aku hanya perlu rehat sejenak.
Sebab tanah pun tak sanggup
terus berkubang.
Biar akar mengawinkan deraiku
dengan benih,
lalu lahirlah bunga.
Aku hanya memberi persiapan
pada bumi
untuk menyambut kehidupan baru.”
Maka, inilah kemarau.
Debu menyerap habis semua lembap.
Inilah kemarau
yang membiarkan langit cemerlang agar
kita bisa melihat bulan dan matahari
tanpa penghalang.