Biarkan aku berbaring di sini,
mendengarkan rumput berpuisi.
Diksinya amat pilu,
tentang dunia yang tak pernah memberi tenang.
Ada parang yang siap membebat.
Ada gunting yang bersedia memangkas.
Ada tangan yang hendak mencerabut.
Ada ludah yang sewaktu-waktu mencela.
Di balik semua beban itu,
rumput tetap berupaya tumbuh.
Kepik amat bergantung pada mereka,
juga belalang, ulat, bahkan ular.
Aku lantas bangkit.
Tak baik juga aku berlama-lama di sini,
menghalangi mereka menempuh caranya sendiri
untuk terus berdiri menjangkau matahari,
menengadahkan daun, merasai hujan.
Entah apa yang seharusnya kulakukan untuk mereka.
Kecuali satu hal sederhana:
memasang sebuah papan larangan—
DILARANG MENGINJAK RUMPUT!