Playing and Creating Literature

There is always something to tell.

Begitulah tagline blog saya terdahulu, Cerita Rie. Saya tidak mengada-ada, memang ada banyak hal yang bisa diceritakan, walau pada akhirnya jika sebuah cerita akan diterbitkan, ada beberapa hal yang harus disaring lebih dulu. Entah karena alasan bertele-tele, terlalu blak-blakan, tidak penting, dan lain-lain.

Dulu, saya suka sekali menulis tentang apa saja. Hal-hal remeh dalam kehidupan sehari-hari saya ceritakan ke dalam bentuk tulisan. Kenapa tidak diceritakan secara lisan saja kepada keluarga atau teman? Soalnya saya tidak yakin mereka akan menanggapi cerita saya dengan serius. Mungkin mereka akan melengos dan menganggap cerita saya garing sehingga tidak didengarkan pun tidak apa-apa. Karena itulah saya menulis.

Saya menulis fiksi dan nonfiksi. Yang fiksi saya bukukan dan diterbitkan di Warung Fiksi. Sedangkan yang nonfiksi diterbitkan di Tobucil. Setelah punya blog sendiri, saya lebih banyak menulis di blog sendiri ketimbang blog lain. Dan mentang-mentang blog sendiri, saya merasa lebih bebas menulis tentang apa saja. Seolah tidak ada rahasia yang seharusnya saya simpan.

Sekarang saya pindah ke blog ini. Ada perubahan signifikan yang saya lakukan. Dalam satu bulan, tulisan yang saya posting tidak sebanyak ketika masih di Cerita Rie. Hal yang saya angkat pun dibatasi. Bisa dikatakan sekarang saya pelit ngomong. Saya hanya bicara mengenai hal-hal yang (menurut saya) penting sekali untuk dikatakan. Saya menghindari diary yang diarish. Kalaupun ingin bercerita tentang hal-hal pribadi dalam keseharian, saya memilih topik yang benar-benar layak diceritakan ke publik.

Kenapa? Saya ingin blog saya padat isinya. Tidak harus serius, namun juga tidak begitu polos. Karena itulah tagline blog ini: playing and creating literature. Saya ingin bermain dalam kehidupan sehari-hari; menjalani kehidupan dengan sederhana, apa adanya, tenang, tetapi selalu ada sesuatu yang pada akhirnya menimbulkan kesan yang mendalam dan layak dibagikan kepada banyak orang melalui sebuah tulisan.

Masih ada puisi, fiksi, diary, atau tulisan-tulisan lain yang entah apa. Saya tuntun mereka satu demi satu, merunuti setiap aksara, menelusuri kata, menjelajah kalimat, hingga mereka tiba di muara dan siap berlayar di lautan luas. Tidak hanya di alam maya, tapi juga alam nyata.

Sampai akhirnya mereka berlabuh di hati semua pembaca.

Tags :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.