Menyikapi GTM-nya Kiara

Sejak umur enam sampai 10 bulan, Kiara selalu makan dengan lahap. Bubur beras merah, buah, sayur, tempe, tahu, daging, semua masuk perutnya. Kiara baru menolak makan kalau ngantuk atau ingin menyusu. Atau, kalau sedang mengalami masa perkembangan motorik, seperti mau tumbuh gigi atau mau bisa duduk. Tapi setelah itu, dia kembali semangat makan seperti sebelumnya.

Ketika menginjak 11 bulan, Kiara sakit panas disertai muntah-muntah. Setelah sembuh, dia didera batuk selama dua mingguan. Sejak itu, Kiara mogok makan. Dikasih finger food berupa wortel atau ubi pun, yang biasanya dia makan dengan lahap, paling cuma satu dua gigit saja. Diberi nasi tim, tidak mau. Diberi bubur jagung ayam kesukaannya pun Kiara tetap tidak mau makan.

GTM satu minggu, bisa saya maklumi. Dua minggu, masih sabar. Tiga minggu, mulai khawatir dan kesal. Ada apa dengan Kiara sampai-sampai dia tidak mau makan? Saat ultah pertamanya, Kiara saya kasih icip-icip kue tart (tanpa krim). Dimakan. Namun karena khawatir komposisi kue tart belum bisa diterima perut Kiara dengan sempurna, saya pun membatasi pemberian makanan tersebut. Lalu saya coba kasih roti tawar, dimakan lagi. Diberi biskuit mari, dia doyan. Kembali saya berikan ubi rebus. Kiara mau makan. Giliran nasi tim, Kiara geleng-geleng, atau mendorong sendoknya.

Mungkin Kiara ingin mencoba makan sendiri pakai sendok, pikir saya. Akhirnya saya sodorkan mangkuknya yang berisi sedikit nasi tim berikut lauk dan sayur. Alih-alih makan, Kiara malah main-main dengan makanannya. Mangkuknya dia balik sehingga isinya tumpah. Ada yang bilang, biarkan saja anak menikmati makanannya dengan cara lain. Toh nanti juga dia makan. Cuma karena saya ini orangnya tidak sabaran, saya pun kapok menyerahkan makanan Kiara dengan cara seperti itu.

Jadilah Kiara mengalami GTM alias mogok makan berkepanjangan. Sampai-sampai saya malas membuat makanan Kiara. Rasanya percuma saja capek-capek masak kalau tidak dimakan. Namun bagaimana kalau Kiara tiba-tiba mau makan? Ya sudah, saya masak nasi tim saja sedikit tanpa lauk dan sayur. Buat jaga-jaga, Kalau Kiara mau makan, ada yang bisa dia makan.

Tapi tetap saja, camilan dimakan, makanan utama dicuekin. Saya tidak mengerti kenapa Kiara tidak mau makan nasi sampai berat badannya menyusut satu kilo! Memang, karbohidrat itu tidak hanya nasi. Ada kentang, ubi, singkong, bahkan pasta dan oat pun bisa menggantikan kedudukan nasi dalam makanan sehari-hari. Cuma, sebagai orang Indonesia, saya maunya Kiara makan nasi. Paling tidak sehari dua kali. Untuk sarapan, misalnya, tidak apa-apa makan perkedel atau bubur oat.

Saya bingung dan kehabisan akal dengan sikap Kiara yang selalu menolak makan nasi. Setelah saya perhatikan, anak ini sukanya ngemil dan makan sendiri. Kiara suka tempe, biskuit, apalagi buah. Saya sediakan saja kudapan seperti itu setiap hari. Gantian. Hari ini misalnya ubi, besoknya biskuit, besoknya lagi roti tawar. Kalau tempe sih setiap hari ada di meja makan.

Oh ya, masalah GTM ini banyak dibahas di berbagai situs. Mulai dari penyebab sampai solusinya. Pertamanya saya ikuti berbagai saran yang diberikan para ahli. Namun lama-lama, saya memilih untuk menggunakan cara saya sendiri. Misalnya, jika psikolog atau dsa melarang anak makan sambil nonton TV, saya langgar aturan itu. Waktunya makan, Kiara saya taruh di baby walker di depan pesawat TV yang menyala. Kalau Kiara lagi konsen nonton, saya suapi dia, dan Kiara pun makan. Atau Kiara saya suapi makan sambil digendong keluar rumah. Atau… saya turuti kemauannya. Kalau Kiara cuma mau makan nasi tok, ya sudah. Lauk dan sayurnya diberikan pada jam berikutnya. Daripada dia tidak makan…

Hari demi hari, GTM Kiara berangsur-angsur menghilang. Malah Kiara makan nasi bisa sampai lima kali sehari. Kadang kalau saya sedang makan, Kiara suka ngintip-ngintip piring saya dan minta makan. Padahal dia sudah makan. Belum kalau ada camilan. Bisa tambah rakus si manusia kecil ini. Hihihi.

Sebetulnya, kalau bisa lebih sabar, saya tidak perlu khawatir-khawatir amat dengan pola makan Kiara yang di luar teori. Sekarang Kiara masih minum ASI. Dia juga makan karbo biarpun bukan dalam bentuk nasi. Sayuran juga tidak luput dari menu sehari-harinya. Dan lebih dari itu, Kiara sehat. Memang, dia pernah sakit. Tapi jarang sekali. Paling banter flu. Jadi saya tidak harus sering-sering membawanya ke dokter.

Yang saya pikirkan adalah hari-hari setelah Kiara lepas ASI. Saya tidak mau nanti Kiara mengganti posisi ASI dengan susu lanjutan. Saya bukan tergolong orang yang anti susu karena setiap pagi saya minum susu. Jadi kalau Kiara mau minum susu, akan saya berikan. Saya hanya tidak mau dalam sehari Kiara minum susu sampai lebih dari tiga kali dan jadi malas makan.

Hm, sepertinya saya masih harus terus mengemban profesi koki nih. Setiap hari harus bangun subuh buat masak. Terus malam harinya harus memikirkan menu untuk esok hari. Dan kalau tiba-tiba bahan makanan yang saya inginkan tidak ada di pasar atau tukang sayur, saya harus mengganti menu secara mendadak. Waduh…

Tidak apa-apalah. Demi anak 🙂

2 thoughts on “Menyikapi GTM-nya Kiara

  1. Pingback: Pakansi Ning Semarang (Bag. 1: Siap-siap dan Berangkaaat..) | rie yanti

  2. Pingback: Demi Masa Depan Anak | rie yanti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.