Journaling

Sekarang ini, journaling atau menulis jurnal sangat disarankan untuk mengatasi masalah-masalah mental. Tolong koreksi, ya, kalau saya salah. Karena saya juga ngikutin beritanya selewat-selewat.

Sebetulnya, sih, sudah lama kalau ada yang berpendapat bahwa menulis jurnal punya banyak manfaat bagi psikologi kita. Mengemukakan gagasan dan perasaan, meluapkan emosi, dan sebagainya. Tapi, masyarakat kita lebih suka berbicara, karenanya menulis (jurnal) bukanlah kegiatan menarik. Tidak tahu kenapa sekarang, kok, journaling banyak dibicarakan dan disarankan. Apa karena banyak penelitian yang mengungkapkan banyaknya hal positif yang bisa didapatkan dengan menulis jurnal, ya?

Continue reading Journaling

Melihat dengan Hati

Iseng-iseng saya buka blog lama saya, Cerita Rie. Blog yang pertama kali saya buat secara gratisan. Blog yang semula tidak ubahnya mainan baru yang saya mainin setiap hari. Bikin aneka macam postingan, mulai dari tulisan serius, cerita lucu(-lucuan), puisi yang sok puitis, juga foto nggak penting. Tidak ketinggalan gonta-ganti template. Atau blogwalking dan punya teman baru.

Mendadak saya seperti punya sebuah kenangan manis. Banyaknya hal yang harus dihadapi saat ini, kehidupan yang sama sekali lain dengan dulu, juga mimpi yang ingin saya wujudkan, membuat saya lupa beberapa hal di masa lalu. Kadang saya lupa bagaimana saya bertemu laki-laki yang kini menjadi suami saya (sorry, hubby), lupa kalau saya pernah miara kelinci dan ikut lomba gerak jalan demi mendapat hadiah utama, serta hal-hal lain termasuk blog perdana saya.

Cerita Rie, meski sekarang tidak keurus dan isinya cenderung tidak serius, sebetulnya adalah lahan tempat saya mengamati hal-hal kecil yang kerap luput dari pandangan biasa. Saya sadari, belakangan ini kalau menulis, saya seperti berkejaran dengan jarum jam. Suka keburu-buru. Pengen cepet selesai sebelum keburu datang ide baru. Belum kalau urusan dapur dan cucian menumpuk, atau anak-anak minta perhatian.

Dulu, ketika Cerita Rie dibuat, saya masih sorangan alias jomblo. Banyak waktu kosong yang bisa saya gunakan untuk melamun dan mengamati hal-hal kecil, lantas menjadikannya ide untuk postingan blog. Saya tidak peduli orang bakal suka atau tidak postingan saya, blog saya bakal jadi mesin uang atau tempat nulis aja. Yang penting saya menulis, saya ngeblog, saya senang.

Lama-lama, saya pengen terlihat serius, dong. Walaupun tulisan saya gratis, boleh dibaca siapa saja asal jangan dicuri, saya ingin tulisan saya berbobot. Supaya pembaca juga merasa mendapat info yang berguna, dan nantinya blog saya dibaca lebih banyak orang lagi karena isinya serius.

Saya pun mengemas beberapa tulisan saya di Cerita Rie dan memindahkannya ke blog ini. Dengan harapan, saya bisa rutin membuat tulisan yang bagus, yang dibutuhkan pembaca, dan terlihat seperti penulis profesional.

Karena sudah direncanakan untuk menampung tulisan yang serius, blog ini pun tidak bisa saya isi dengan postingan main-main. Saya mikir dalem-dalem, mencari ide yang bagus, menuangkannya ke dalam tulisan yang juga bagus. Sampai… saya lupa main. Saya lupa sama Cerita Rie.

Realita mengambil alih mimpi.

Kadang saya kangen masa-masa ketika saya sekolah, kuliah, main sama teman, jalan-jalan atau ngelamun sendirian, termasuk mengisi Cerita Rie. Karena hidup terus berjalan maju, saya harus meninggalkan banyak hal di masa lalu. Saya menyadari bahwa banyak hal yang berubah dan sebagian perubahan itu saya ciptakan sendiri.

Jadi, kalau saya tidak bisa melakukan hal-hal yang saya lakukan di masa lalu, ya, saya harus terima dengan ikhlas. Saya bukan lagi orang yang sama. Dan saya tidak sendiri. Semua orang pasti berubah.

Sesekali, saya melakukan apa yang pernah saya lakukan dulu. Kalau bisa. Ada kalanya saya punya ide jenius untuk Cerita Rie. Saya tidak menampiknya. Karena itu adalah cara saya bermain, beralih dari kenyataan untuk sementara waktu.

Namun tetap tidak ada yang sama. Saya juga bisa bilang apa? Ketika mata tidak lagi awas menangkap hal-hal kecil, saya tidak lantas menggunakan kacamata. Saya mencoba kembali melihat dengan hati, menjelajah setiap sudut, dan mencari apa yang tersembunyi.

Membaca Buku Apa Saja

Belakangan ini saya lebih banyak menulis untuk orang lain. Karena selera dan kebutuhan orang tidak sama, saya pun harus menghadapi permintaan klien yang beda-beda. Ada yang minta dibuatkan memoar, buku fiksi, atau konten web untuk keperluan bisnisnya.

Seringkali saya bingung dalam menggarap proyek-proyek tersebut. Misalnya saja ada klien yang minta dibuatkan tulisan berbasis bisnis. Saya tidak suka bisnis; tidak pernah saya membaca tulisan-tulisan tentang bisnis baik di koran maupun buku. Jadi ketika harus menggarap proyek tentang bisnis tersebut, matilah saya.

Continue reading Membaca Buku Apa Saja

Yuk, Biasakan Anak Membaca Buku!

Tulisan ini, sejujurnya, terinspirasi dari acara Basa Basi yang ditayangkan TransTV pada hari Selasa, 13 Oktober kemarin. Topik acara hari itu adalah My Book, My Adventure. Kebetulan, tahun ini Indonesia menjadi tamu kehormatan Frankfurt Book Fair 2015. Karena dua-duanya berhubungan dengan buku, ya sudah, saya bercerita tentang kebiasaan membaca pada anak.

Continue reading Yuk, Biasakan Anak Membaca Buku!

Yuk, Baca Buku di Rbm Kali Atas!

Di Cicalengka, kegiatan literasi adalah hal yang istimewa sekaligus tidak istimewa. Kegiatan membaca dan menulis merupakan sebatas tugas sekolah. Bukan sebuah hobi apalagi pekerjaan profesional. Tidak heran jika di Cicalengka tidak ada taman bacaan. Ada perpustakaan desa, tapi sepi pengunjung. Ada persewaan buku, tapi yang banyak digemari adalah komik. Penjual koran juga ada, tapi hanya segelintir orang yang benar-benar membaca berita dan artikel-artikel berbobot di dalamnya.

Continue reading Yuk, Baca Buku di Rbm Kali Atas!