Brahmanto Anindito

Penghobi traveling, futsal dan catur ini memang tidak pernah bisa jauh dari kegiatan baca-tulis. Sejak SD, Brahm sudah gemar membaca buku-buku seperti Lima Sekawan-nya Enid Blyton, Trio Detektif-nya Alfred Hitchcock, STOP-nya Stefan Wolf, dan seri Pilih Sendiri Petualanganmu. Juga cerita-cerita pendek detektif di majalah KawanKu serta rubrik Terka Perkara di majalah Intisari.

Dari ketertarikan akan bacaan-bacaan itulah Brahm mulai menulis. Akan tetapi, bukan tulisan sendiri yang dia buat, melainkan tulisan-tulisan dari apa yang dia baca tersebut. Ya, Brahm dulunya adalah seorang plagiator. Dia menulis ulang bab di novel yang dia baca, menggabung-gabungkan artikel, atau sekadar menulis rangkuman. Hasil “tulisannya” itu kemudian dipamerkan ke teman-teman atau keluarganya sendiri sebagai karyanya.

Di bangku SMA, barulah Brahm insyaf. Dia menghilangkan kebiasaan memplagiatnya dan mulai membuat tulisan sendiri. Bergabung dengan tim redaksi majalah sekolahnya, Brahm terus menulis, hingga jabatan terakhirnya adalah editor.

Dari situlah dia keterusan jatuh cinta pada dunia menulis. Karya-karyanya selain berupa buku antara lain artikel dan cerpen yang dimuat di berbagai media seperti Intisari, Hai, Cinemags, Mossaik, Clea, Surya, Bangka Pos, Padang Ekspres, Jawa Pos, dan masih banyak lagi. Semua tulisannya didasari oleh passion. Menurut Brahm, “Passion adalah ketika kita melakukan sesuatu yang nggak menghasilkan duit maupun ketenaran, tapi kita masih tersenyum dan tetap melakukannya. Bukan karena keras kepala atau daripada nganggur.”

Tapi passion saja tidak cukup. Menurut juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah kategori Mahasiswa yang diselenggarakan Universitas Katolik  Atma Jaya tahun 2002 dan The #IndonesiaUnite Blogger Competition tahun 2009 yang diadakan Kompasiana ini, ada lagi yang perlu dilakukan oleh seorang penulis, yaitu membaca, mengamati, dan bergaul.

Tapi, kenapa bergaul itu perlu dalam kegiatan menulis? “Pertama, supaya kita tahu bagaimana kehidupan riil itu. Bagaimana orang berinteraksi, berdialog, tersinggung, tertawa, menyindir, menyembunyikan sesuatu, berpikir, dan seterusnya. Kedua, untuk kita mintai tolong mengkritisi karya kita. Kita perlu mengenal orang-orang yang kompeten di bidang tertentu untuk meng-over ketidakkompetenan kita di bidang yang ingin kita tulis,” jelas Brahm.

Selain penulis buku, Brahm juga seorang copywriter. Copywriter adalah penulis komersial, yaitu penulis yang dibayar untuk menuliskan sesuatu atas permintaan klien. Dalam bentuk apapun. “Kalau ordernya adalah menuliskan SMS, ya berarti penulis SMS itu termasuk penulis komersial. Dia dibayar untuk menulis,” jelas sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Airlangga ini.

Menulis untuk orang lain dan diri sendiri jelas berbeda. Untuk orang lain, kita harus mengikuti keinginan orang lain. Sedangkan menulis untuk diri sendiri, kita lebih bebas. “Kalau menulis untuk klien ya aku ngikut aja idealisme klien. Tapi kalau menulis untuk diri sendiri, terutama untuk fiksi, aku mengutamakan tulisan-tulisan ber-setting Indonesia. Indonesia itu besar, dan aku ingin menggambarkannya dalam tulisan-tulisanku,” papar arek Suroboyo yang pernah bekerja sebagai jurnalis dan editor ini.

Sejalan dengan karir kepenulisannya, Brahm semakin sering dimintai tolong orang untuk mengajari menulis dan memberikan konsultasi. Mungkin orang-orang itu belum tahu, sebenarnya Brahm sudah menyediakan blog khusus untuk men-sharing ilmunya tentang penulisan: Warungfiksi.net. Semuanya gratis di situ: membaca artikel, mengunduh e-book kumcer atau novel (yang legal), bertanya jawab, sampai bermain game sederhana yang bisa melatih otak penulis.

Di luar itu, “Aku nggak melayani mentoring, mengajari orang nulis, bikin workshop penulisan, atau memotivasi orang yang tidak suka menulis agar menulis. Nggak semua orang punya passion ke situ. Menulis itu nikmat. Tapi bagi yang nggak bisa merasakan nikmatnya, ya ngapain dipaksa. Sering aku ketemu orang tanpa sedikit pun track record penulisan tiba-tiba mengatakan, ‘Pengin deh bisa nulis juga. Ajari dong.’ Apakah orang-orang seperti ini benar-benar serius ingin bisa menulis? Dari pengalamanku sih, kebanyakan nggak. Beberapa cuma mau bisa menulis, tapi nggak mau melakukan kesusahan-kesusahan penulis.”

Maka alih-alih mengajari orang menulis, Brahm menawarkan jasa penulisan. Ini ditujukan bagi orang-orang yang tidak suka menulis, tapi berhadapan dengan problem penulisan. Kalau kasusnya demikian, Brahm membuka pintu lebar-lebar. “Ayo kita bicara. Aku dibayar, aku menuliskan. Setelahnya, silakan miliki hak cipta dari tulisan itu,” pengarang buku Semanyun Senyuman Mahasiswa, Pemuja Oksigen dan Satin Merah ini menawarkan.

Nah, jika teman-teman atau perusahaan teman-teman memiliki masalah penulisan, tidak ada salahnya menghubungi Brahm melalui www.warungfiksi.net/writer-for-hire/. Tapi ini bukan sejenis jasa pengetikan lho. Ini jasa penulis profesional. Jadi, siapkan saja kocek lebih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.