Bersih, Segar, dan Wangi

Kalau melihat kulit wajah Kiara yang bersih dan mulus, rasanya pengin banget mengusapkan bedak bayi tipis-tipis. Tapi pemakaian bedak di wajah bayi tidak diperbolehkan, karena serbuk-serbuk bedak bisa terhirup atau masuk mulut dan mata. Jadi kalau para ibu ingin menaburkan bedak di bayi mereka, taburkan hanya di bagian dada dan punggung.

Separah itukah bedak bayi? Bagaimana dengan kosmetik lainnya? Kosmetik apa saja dan bagaimana yang sebaiknya diberikan pada bayi?

Seperti yang saya tulis di postingan sebelumnya tentang mempersiapkan perlengkapan bayi, kosmetik yang perlu dimiliki bayi sebatas sampo, sabun mandi, baby oil, minyak telon, bedak dan baby cream. Sedangkan hair lotion, baby lotion atau cologne, tidak mutlak diperlukan. Kalau mau pakai silakan, tidak juga tidak apa-apa.

Kiara sendiri punya hair lotion dan baby lotion. Keduanya pernah dipakai, namun seterusnya malah saya simpan di laci. Sebab kebetulan hair lotion punya Kiara memiliki aroma yang cukup menyengat, sementara baby lotion malah membuat kulit Kiara lengket. Maklum, kami tinggal di Surabaya, yang memiliki hawa cukup panas dan bisa membuat bayi berkeringat terus. Keringat ditambah losion membuat kulit jadi berminyak dan lengket. Daripada Kiara merasa tidak nyaman, saya hentikan saja pemakaian losion pada Kiara.

Untuk minyak telon dan bedak bayi… Ini nih yang menimbulkan kontra, antara praktisi medis dan orang tua zaman dulu. Secara medis, pemakaian minyak telon dan bedak bayi sebetulnya tidak wajib. Pemakaian minyak telon sendiri merupakan tradisi orang Indonesia, jadi bayi-bayi di luar negeri mungkin tidak pernah mengenal minyak telon. Meski begitu, para dokter membolehkan bayi menggunakan minyak telon kok. Ada juga sih yang tidak menyarankan. Namun selama digunakan secukupnya, saya pikir tidak apa-apa bayi memakai minyak telon.

Sedangkan bedak bayi, para dokter sebetulnya tidak lagi merekomendasikan penggunaan kosmetik yang satu ini. Apalagi kalau bedak bayi digunakan untuk membasuh genital bayi sehabis pipis. Tapi bedak bayi masih beredar di pasaran. Memang, ada juga orang dewasa yang menggunakan bedak bayi (seperti saya, heheh). Mungkin karena alasan itu pula bedak bayi tetap diproduksi. Dan akhirnya bayi masih diperbolehkan memakai bedak, dengan catatan, hanya di bagian dada dan punggung. Itu pun harus diberikan dengan ekstra hati-hati supaya debunya tidak menyebar hingga wajah bayi.

Namun orang tua zaman dulu suka greget kalau melihat bayi sudah dimandikan tetapi wajahnya polos tanpa bedak seulas pun. Pasalnya, mereka terbiasa mengusapkan bedak di wajah bayi. Bahkan sampai bayinya tampak cemong. Buat mereka, bayi itu tidak cukup bersih, tapi juga harus wangi dan tampak segar.

Dalam merawat kulit Kiara, saya tidak mewarisi semua ajaran orang tua zaman dulu, juga tidak patuh-patuh banget pada pesan medis. Sehari-harinya, Kiara saya mandikan dua kali sehari. Pakai sampo dan sabun bayi, serta air hangat yang ditambahkan sedikit baby oil (kecuali kalau sebelumnya Kiara saya pijat dulu pakai baby oil). Sehabis mandi dan badannya kering, saya balurkan minyak telon pada dada, perut, punggung dan telapak kaki. Setelah minyak telonnya meresap, saya bubuhkan bedak bayi pada bagian dada dan punggung. Bedaknya tidak ditaburkan langsung ke badan Kiara, melainkan ke telapak tangan saya dulu. Setelah diratakan, baru diusapkan ke kulit Kiara. Kalau di keningnya tampak biang keringat, saya beri bedak sedikit. Kalau tidak, saya biarkan wajah Kiara apa adanya. Lalu kalau Kiara ruam popok atau habis pakai pampers, saya oleskan baby cream di bagian tubuhnya yang iritasi.

Begitu saja. Tidak ada pijat kepala sehabis keramas menggunakan hair lotion. Tidak ada oles losion. Tidak ada percik baby cologne. Dosis yang digunakan pun sewajarnya saja. Sampo dan sabun seperlunya, yang penting kulit Kiara bersih. Minyak telon secukupnya, yang penting Kiara merasa hangat; toh sesudah mandi biasanya Kiara saya jemur selama 15 menit. Bedak bayi tipis-tipis saja, yang penting Kiara tampak segar. Baby cream pun tidak berlebihan, yang penting kulit Kiara tidak lecet.

30 menit sehari untuk memandikan bayi sebanyak dua kali, saya rasa cukup untuk membuat bayi bersih. Lebih bagus lagi kalau frekuensinya ditambah untuk membersihkan kulit bayi lebih saksama. Karena kadang-kadang mandi saja tidak cukup. Beberapa bagian tubuh bayi seperti daerah lipatan harus dibersihkan menggunakan kapas yang dibasahi baby oil.

Pada dasarnya, merawat bayi itu praktis kok. Kosmetiknya tidak banyak. Penggunaannya pun bisa ekonomis. Yang pokok adalah ketelatenan ibu atau siapa saja yang dipercaya untuk mengurus bayinya.

5 komentar pada “Bersih, Segar, dan Wangi

  1. Terima kasih Bu ilmu tentang bedaknya. Saya kemarin butuh ilmu tentang bedak ini. Karena mungkin karena cuaca panas, dan ac mati, maka kulit berkeringat timbul bintik2. Katanya obatnya pakai bedak. Tapi bingung pakai bedak apa…

  2. Ping-balik: Pakansi Ning Semarang (Bag. 2: Keliling Semarang) | rie yanti

  3. Ping-balik: 1000 Hari Pertama yang Penuh Kesan (Bag. 3) | rie yanti

  4. Ping-balik: Pakansi Ning Semarang (Bag. 1: Siap-siap dan Berangkaaat…) | rie yanti

Tinggalkan Balasan ke 1000 Hari Pertama yang Penuh Kesan (Bag. 3) | rie yanti Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.