“Seni Hidup Minimalis”
Pengarang: Francine Jay
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2018)
Tebal: 260 hlm
Satu lagi buku tentang hidup minimalis yang saya baca. Terbitnya sudah lama, tapi baru saya baca sekarang, hehe. Seni Hidup Minimalis. Buku ini memuat cara memulai hidup minimalis. Cocok bagi mereka yang baru mengenal apa itu hidup minimalis dan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menjadi seorang minimalis.
Di bagian awal buku, saya langsung setuju ketika Francine Jay, sang penulis yang juga dikenal sebagai Miss Minimalist, mengatakan bahwa kita berharap ada angin kencang yang meniup semua kekacauan yang ada (barang-barang tidak berguna yang menumpuk di rumah kita). Lalu, kita memulai hidup baru sebagai minimalis. Kira-kira begitulah, karena saya lupa kalimat persisnya dan tidak dicatat.
Di sekeliling kita, sebut saja di rumah, pasti banyak sekali barang yang tidak kita gunakan. Ada yang hanya satu kali dipakai setelah itu dimuseumkan, ada yang sama sekali belum dipakai, bahkan banderolnya masih ada. Mungkin ada juga barang milik orang lain yang kita pinjam dan belum dikembalikan, atau barang titipan orang lain yang tidak diambil si pemilik.
Nah, mulailah bebenah. Supaya cepat, kelompokkan barang-barang ke dalam tiga kategori. Secara garis besar, kategori itu terdiri dari simpan, buang, dan donasikan.
Cara mengelompokkan seperti tadi bisa dilakukan untuk semua barang di semua bagian rumah. Tidak hanya di kamar atau berlaku untuk pakaian saja. Penulis juga memberikan tips bagaimana mengajak semua anggota keluarga untuk hidup minimalis. Tadinya saya pikir bakalan sulit mengajak suami dan anak-anak untuk meminimalisir barang-barang mereka. Anak-anak biasanya sulit melepas mainan kesayangan. Jangankan melepas, membereskannya saja seringkali mereka menolak.
Namun setelah membaca buku ini, saya optimis bisa mengajak suami dan anak-anak untuk mulai bebenah. Apalagi, Jay memberikan metode STREAMLINE, yaitu:
Start over (mulai dari awal)
Trash, treasure, or transfer (buang, simpan, atau berikan)
Reason for each item (alasan setiap barang)
Everything in its place (semua barang pada tempatnya)
All surfaces clear (semua permukaan bersih)
Modules (ruangan)
Limits (batas)
If one comes, one goes out (satu masuk, satu keluar)
Narrow down (kurangi)
Everyday maintenance (perawatan setiap hari)
Penjelasan lebih lanjut mengenai metode tersebut bisa dibaca melalui bukunya, ya. Saya hanya akan memaparkan satu metodenya, yaitu satu masuk, satu keluar.
Jauh sebelum ingin untuk menerapkan pola hidup minimalis, saya sudah menerapkan konsep tersebut. Awalnya, ibu dan saudara-saudara saya mengerti kalau saya ini paling sulit diarahkan soal pakaian. Jadi, alih-alih memberikan saya pakaian, mereka membiarkan saya membeli pakaian sendiri.
Saya tidak mau kalau lemari pakaian saya penuh dengan pakaian yang tidak saya suka. Jadi saya selektif banget memilih pakaian yang saya butuhkan dan inginkan. Setiap kali mau membeli pakaian, saya pastikan ada, minimal, satu potong pakaian yang keluar dari lemari. Entah itu dijadikan lap, atau diberikan ke orang lain.
Tidak tahunya konsep ini juga dipakai oleh Francine Jay. Berarti sebetulnya prinsip minimalis sudah ada dalam diri saya, hehe.
Menjadi minimalis, selain berhubungan dengan budgeting, juga berkaitan dengan melestarikan lingkungan. Seorang yang konsumtif akan terus mengikuti keinginannya memiliki apapun yang dia inginkan. Dia tidak akan menyadari bahwa industri fesyen menciptakan limbah yang tidak sedikit, belanja secara daring akan menciptakan polusi udara karena perlunya transportasi untuk mengantar pesanan. Itu juga yang dikemukakan ibu satu anak ini dalam Seni Hidup Minimalis.
Melalui buku ini, saya jadi belajar bahwa menjadi minimalis tidak hanya harus mengurangi barang, tetapi juga mengendalikan barang yang masuk. Berusahalah untuk memilah barang yang kita beli atau kita terima. Kalau tidak butuh-butuh amat, tolak saja. Semua barang ada tempatnya. Jangan sampai sebuah barang yang kita punya mengundang barang lain untuk kita miliki. Kalau kita ingin meja yang kosong, biarkan kosong. Jangan diletakkan bunga dekoratif di atasnya.
Secara singkat, buku ini bisa menjadi panduan untuk menjadi minimalis. Aneka tips dan penjelasan di dalamnya dijamin akan membuat teman-teman tergoda untuk hidup minimalis.
Oh ya, soal angin kencang tadi. Misalnya beneran ada angin kencang dan kita diberitahu dulu sebelumnya, kita harus siap-siap evakuasi. Pastinya, tidak banyak yang harus kita bawa. Nah, dengan menjadi minimalis, dengan memiliki apa yang benar-benar kita butuhkan, kita bisa berkemas secepatnya dan menyelamatkan nyawa kita dan orang-orang yang kita cintai.