1000 Hari Pertama yang Penuh Kesan (Bag. 2)

Setelah selama 39 minggu merasakan berbagai perubahan lahir dan batin, sekarang saya memasuki masa yang baru: menjadi seorang ibu. Benar kata orang, jadi ibu itu tidak mudah. Saya juga tidak bisa berkiblat pada ibu-ibu lain (termasuk mama, mertua, tante, kakak-kakak ipar saya) dalam mengurus anak. Pasalnya, tiap anak kan beda-beda wataknya. Misalnya saja, saya tidak wajib bisa memakaikan bedong. Karena Kiara tidak suka dibedong, bahkan sejak dia baru lahir.

The Baby has Born

Cerita melahirkannya baca di sini saja ya. Pokoknya saya tidak pernah sebahagia hari itu, 27 Oktober 2012. Ketika Kiara ditarik keluar dari rahim, menangis keras banget, dan ditaruh di dada saya.

Masalah Pasca Melahirkan

Saya bersyukur kehamilan saya berjalan lancar. Begitu juga persalinannya. Walau didahului dengan ketuban pecah dan pembukaan yang berjalan lambat. Saya harap, Kiara juga lahir dengan BB 3 kg dan sehat wal afiat.

Tapi ternyata, Kiara terlahir dengan BB 2780 gram. Dia juga harus dirawat tiga hari untuk disuntik antibiotik sebagai akibat ketuban pecah. Lalu, ASI tidak kunjung keluar kecuali kalau dipencet dengan keras. Berikutnya, Kiara harus disinar 2 x 24 jam karena ikterus (kuning pada bayi).

Saya tidak punya persiapan untuk mengantisipasi semua itu. Memang ada yang bilang kalau bayi, apalagi yang baru lahir, harus dijemur pagi-pagi supaya tidak kuning. Tapi ikterus-nya Kiara ini tidak bisa disembuhkan hanya dengan dijemur pagi-pagi. Kata dokter, penyinaran lebih efektif dibanding dijemur.

Saya dan suami akhirnya merelakan Kiara ditinggal di RS selama dua malam. Tapi siangnya saya menjenguk ke sana. Lalu saya terus memompa ASI sampai tangan pegal, botol dipakai bergantian. Cukup merepotkan dan melelahkan. Saya pun berharap, semoga itu terakhir kalinya Kiara dirawat.

Baby Blues Syndrome

Sebagai seorang ibu baru, saya juga tidak lepas dari yang namanya baby blues syndrome. Bingung, capek, kurang tidur, repot. Baru kali ini saya mengurus anak. Sebelumnya, saya bisanya cuma menggoda ponakan. Kalau mereka pup atau nakal, saya serahkan saja sama ibu mereka atau ibu saya.

Jadi ketika harus begadang, memandikan, mencuci popok yang kena pup, itu semua adalah hal baru bagi saya. Dan, seperti yang saya bilang di atas, saya tidak bisa berkiblat pada ibu-ibu lain dalam hal mengurus anak. Satu-satunya cara supaya saya bisa mengurus Kiara adalah dengan mengurus Kiara 24 jam setiap harinya. Kadang-kadang kalau bingung saya bertanya pada mama atau mertua sih. Tapi lebih seringnya ya saya urus sendiri.

Dengan cara ini pula, saya jadi tahu watak Kiara, apa yang dia suka dan tidak. Lama-lama, baby blues syndrome pun hilang. Lagipula sindrom ini kan bisa muncul karena seorang ibu masih belum mengenal anaknya yang baru lahir. Sementara si anak juga harus beradaptasi dengan dunianya yang baru. Kalau ibu dan anak kerap berinteraksi, mereka bakal saling mengenal satu sama lain.

Mengurus Akta Kelahiran

Kesibukan sekaligus keasyikan mengurus anak bisa membuat orang tua jadi lupa akan hal-hal lain di luar bayinya. Tapi saya dan suami ingat kok kalau kami harus mengurus akta kelahiran Kiara. Karena saya mengurus Kiara, jadinya suami yang bolak-balik ke kelurahan dan dispenduk.

Kalau teman-teman mau mengurus akta kelahiran anak, bisa dibaca dulu ceritanya di sini.

Nutrisi Ibu Hamil dan Menyusui

Ibu hamil dan menyusui perlu nutrisi lebih banyak dari orang biasa alias yang tidak hamil dan menyusui. Ini berguna tidak hanya buat si ibunya, tapi juga bayinya. Ada beberapa nutrisi yang diperlukan dalam jumlah banyak ketika hamil dan menyusui, seperti asam folat, AA, DHA.

Saya cerita saja, selama hamil dan menyusui, saya makan tidak pernah pakai pertimbangan seperti itu. Bisa makan saja sudah bagus, karena di trimester awal kehamilan saya males banget makan. Yang jelas, saya menghindari buah nenas, jahe, dan meminimalisir bumbu ber-MSG serta makanan pedas biar tidak sakit perut. Ada sih yang bilang, makan nenas saat hamil tidak apa-apa kok. Tapi karena ragu, saya hindari saja.

Yah, sebaiknya sih saya lebih banyak mengonsumsi buah, sayur, tempe, ikan, gandum, kacang hijau. Tapi saya lihat kondisi saja. Kalau sudah bosan makan ikan ya makan daging ayam atau sapi. Terus kalau tukang sayurnya tidak bawa buah, paling tidak saya makan sayur.

Saya ogah direpotkan dengan urusan perut. Lagipula kalau terlalu pilih-pilih makanan nanti anaknya rewel makan juga. Yang penting apa yang saya makan ada nutrisinya buat saya dan si kecil. Makan junk food, oke-oke aja. Asalkan saya lebih banyak makan masakan rumahan yang lebih higienis dan menyehatkan.

Mengenal Imunisasi

Bayi tidak pernah jauh dari yang namanya imunisasi. ASI memang menyehatkan, tapi bayi juga perlu imunitas dari luar atau obat.

Jadi, ibu-ibu, jangan males bawa anaknya ke dokter, puskesmas, atau posyandu buat diimunisasi ya. Imunisasi tidak tiap bulan kok. Dan kalau keberatan dengan harga vaksin yang mahal, pilih imunisasi wajib saja, yang bisa dilakukan di puskesmas. Imunisasi wajib itu antara lain Hepatitis B, Polio, BCG, DPT dan campak.

Malah di posyandu, tiap bulan Januari dan Agustus ada pemberian vitamin A. Juga imunisasi DPT tambahan. Saya memang rutin membawa Kiara ke posyandu untuk mengukur BB-nya. Kalau sampai BB-nya turun atau kurang dan saya tidak tahu, kan gawat tuh buat tumbuh kembangnya.

ASI adalah Hak Bayi

Maunya saya, setelah usia dua tahun Kiara tidak menyusu lagi. Tapi kalau dia masih kepengin nenen biarpun sudah dua tahun lebih, saya tidak bisa mengelaknya. Sebisa mungkin saya beri pengertian kalau Kiara tidak boleh menyusu lagi. Namun, ASI adalah hak anak. Kalau saya “mencabut”-nya paksa, berarti saya mengurangi hak Kiara.

Saya ingat, setelah Kiara lahir, ASI saya tidak kunjung keluar selama tiga hari. Namun dokter anak dan perawat di RS tempat saya melahirkan terus memompa semangat saya untuk tetap menyusui Kiara alih-alih memberinya sufor. Saya tahu, ada beberapa ibu yang mengeluh ASI-nya tidak keluar sehingga anaknya diberi susu botol begitu dia lahir. Mungkin mereka pikir itu jalan terbaik buat anaknya. Padahal bukan.

Bayi diberi bekal makanan untuk tiga hari setelah dilahirkan. Selama tiga hari itu, si ibu diberi kesempatan untuk menghasilkan ASI. Caranya bisa dipompa, atau makan yang banyak. Juga, tetap susui anaknya tiap tiga jam. Dengan cara seperti itu, ASI bisa terpancing keluar.

Memberikan ASI atau sufor, itu adalah pilihan. Namun kalau ibu mampu memberikan ASI dengan cara apapun, ya berikan ASI saja. Jangan putus asa juga kalau anaknya terlahir kurus seperti Kiara. Saya membesarkannya dengan ASI kok, bukan sufor.

Bon Appetit, Kiara!

Saya suka antusias mengajak Kiara melakukan hal baru. Kadang sampai antusiasnya, saya jadi gampang panik, bingung, atau tidak sabar. Ini juga yang terjadi ketika Kiara akan menginjak usia enam bulan. Jauh-jauh hari saya mencari tahu soal MPASI. Ya aturannya, ya menunya.

Cerita lengkapnya juga bisa dibaca di sini.

Pup Bayi ASI dan Sembelit

Saya belum pernah diberi tahu (dan mencari tahu), kalau bayi ASI bisa sangat tidak teratur pupnya. Saya bingung ketika Kiara pernah hampir dua minggu tidak pup. Dia kelihatan sehat-sehat saja. Tapi, apa dia merasa nyaman berhari-hari tidak pup?

Setelah bertanya ke dokter, barulah saya tahu kalau bayi ASIX bisa sampai dua minggu tidak pup. Bisa juga dalam sehari sampai berkali-kali pupnya. Warna dan teksturnya pun bisa bermacam-macam.

Bingung deh. Tapi buat saya sih, kalau Kiara tampak lincah-lincah saja, tidak mengeluarkan ekspresi kesakitan saat sedang pup, berarti tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kiara pernah selama seminggu mencret, pupnya hijau. Tapi dia tidak sakit. Masalahnya ternyata ada pada saat menyusui. ASI depan dan ASI belakang yang tidak terisap dengan benar.

Tapi pernah juga Kiara mengalami sembelit, sampai dia menangis keras saat pup. Kasihan banget deh. Waktu itu Kiara delapan bulan dan pas lebaran. Gara-garanya saya kasih Kiara bubur yang terlalu keras walaupun sudah diblender. Mau dikasih pepaya, mana ada yang jualan pas lebaran? Ya sudah saya berikan saja pure wortel tomat. Paling tidak, ini bisa menambah asupan serat. Alhamdulillah, dengan “ramuan” ini Kiara tidak sembelit lagi.

Bepergian bersama Kiara

Sudah hampir dua tahun saya tidak melihat kampung halaman saya. Karena Kiara sudah di atas enam bulan (tepatnya ketika 10 bulan), saya dan suami akhirnya memberanikan diri membawa Kiara bepergian jauh ke Bandung naik kereta api. Banyak barang yang harus kami bawa. Mulai dari baju sampai mainan. Baca deh cerita serunya di sini.

Bersambung…

2 komentar pada “1000 Hari Pertama yang Penuh Kesan (Bag. 2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.