Tidur ala Kiara

Seperti yang pernah saya tulis, belakangan ini Kiara susah sekali disuruh tidur. Sebetulnya, sejak umurnya satu bulanan juga begitu. Bahkan Kiara tidak punya waktu tidur yang tetap setiap hari. Jadi kalau ada yang tanya, “Jam berapa bangunnya?” atau “Tidur siangnya jam berapa?”, saya bingung jawabnya.

Pun ini menyulitkan saya untuk mengerjakan berbagai pekerjaan. Subuh sehabis salat, saya bersiap-siap nyuci. Pikir saya Kiara tidak akan bangun cepat-cepat. Eh, begitu saya membuka pintu kamar, Kiara bangun. Praktis saya urung nyuci dan kembali menidurkan Kiara. Namun setelah disusui cukup lama (Kiara selalu menyusu kalau mau tidur), mata Kiara malah segar dan dia pun bermain. Saya jadi tidak bisa apa-apa deh selain menemani Kiara. Berhubung eyangnya juga sibuk kalau pagi, saya tidak bisa menitipkan Kiara pada beliau.

Kalau terpaksa-terpaksa banget, saya tetap melakukan beberapa pekerjaan, misalnya masak air buat mandi Kiara atau bikin MPASI. Nah, sementara saya bekerja, Kiara saya taruh di stroller, lalu dikasih mainan. Cuma, saya tidak bisa melakukan semua itu dengan tenang karena harus sambil mengawasi Kiara yang tidak bisa diam. Meski berada dalam stroller, Kiara masih sanggup bertingkah. Sampai-sampai saya harus bolak-balik ke depan kompor dan menghampiri Kiara untuk membetulkan posisi duduknya atau mengambil mainan yang dijatuhkan si manusia kecil ini.

Melelahkan sekali. Dan kalau siangnya Kiara emoh tidur, bertambah lelahlah saya, karena harus menemani Kiara bermain, merangkak, atau mendorong stroller yang dia tumpangi keliling halaman rumah. Soalnya kalau Kiara tidak tidur, saya juga tidak tidur. Pernah sih ketiduran di kasur sementara Kiara bermain. Untunglah ketika Kiara hendak mencapai tepi kasur saya keburu bangun.

Sejak melahirkan, tidur menjadi sebuah kegiatan yang sangat mahal buat saya. Tidur yang nyenyak pada malam hari pun rasanya tidak bisa karena Kiara bangun sesekali dan minta disusui. Belum kalau Kiara sakit; saya harus rajin-rajin bangun untuk mengompres keningnya atau mengukur suhu tubuhnya. Atau kalau cuaca panas seperti sekarang. Kiara lebih sering lagi bangunnya, karena haus atau kegerahan sehingga saya harus mengipas-ngipasinya.

Orang bilang, kalau anak tidur, ibunya juga harus ikut tidur. Sebab itulah satu-satunya kesempatan bagi si ibu untuk istirahat. Kadang-kadang saya tidur sih; minimal rebahan. Tapi kalau ada kerjaan, saya malah memilih kerja. Itu pun sambil khawatir Kiara keburu bangun.

Sebetulnya bukan saya saja yang harus kehilangan waktu tidur. Suami juga. Dia harus bekerja lebih giat lagi, mencari nafkah buat istri dan anaknya. Dan kadang-kadang ikut begadang kalau Kiara tidak tidur pada malam hari, lantaran siangnya kelamaan tidur. Bedanya, saat hari Minggu suami bisa bangun siang, sedangkan saya tidak 😛

Namun, kami bahagia dengan kehadiran anak kami. Apalagi beberapa gaya tidur Kiara membuat kami tertawa. Salah satunya melakukan gerakan kungfu!

Ngomong-ngomong, saya suka melihat bayi yang tidur nyenyak. Dia tampak tidak peduli dengan apa yang terjadi di dunia. Baginya, segala masalah, ada jalan keluarnya. Pernah suatu pagi Kiara tidur nyenyak sekali. Saat itu sedang hujan; popok Kiara baru selesai dicuci dan terancam tidak kering sampai sore. Pengering mesin cuci sedang rusak sehingga saya harus memerasnya dengan tangan. Pampers sudah saya siapkan; jaga-jaga kalau kehabisan popok. Namun satu per satu popok pun kering, dan Kiara bangun tidur. Pampers pun tidak jadi dipakai.

Ajaib ya? 🙂

6 thoughts on “Tidur ala Kiara

  1. Pingback: Seorang Teman Kecil | rie yanti

  2. Pingback: Kangen | Cerita Rie

  3. Pingback: Mudik | rie yanti

  4. Pingback: Menyapih Kiara (dan Bundanya) | rie yanti

  5. Pingback: Mendengarkan Radio | rie yanti

  6. Pingback: Cerita dari Blora | rie yanti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.